Onani, Gadis Tomboy, Memamerkan Pacar, Mieske, Gadis Manis,
|
cewek toboy binal, bispak |
Nama
saya Toni(samaran) umur saya 22 tahun, walaupun tubuh saya tidak
begitu berotot tapi cukup atletis. Kata teman-teman wajah saya tergolong
tampan. Saya kuliah di slah satu PTN terkenal di kota J. saya ingin
berbagi cerita pada pembaca sumbercerita.com tentang kisah yang pernah
saya alami. Kisah inin sebenarnya berawal dari kenekatan saya menuruti
hasrat saya.
Setelah diterima di PTN di kota J, otomatis saya harus mencari indekost
karena saya tidak punya saudara dekat di kota ini. Akhirnya saya
mendapatkan sebuah kontrakan kecil dengan dua kamar. saya dan seorang
teman semasa smu sepakat kost disitu. Kontrakan itu milik seorang
lelaki berumur 40-an. Dia mempunyai seorang istri cantik berumur
sekitar 30-35. dan seorang anak perempuan yang masih duduk di kelas 5
SD. Pak Abdi ?demikian namanya- adalah seorang pegawai kantoran yang
cukup sibuk sehari-harinya. Sedangkan istrinya yang cantik dan berkulit
kuning langsat merupakan ibu rumah tangga yang setia. Dia juga sangat
baik pada saya maupun teman kost saya.
Kontrakan kami terletak persis di samping rumah Pak Abdi. Kamar teman
saya di bagian depan sedangkan kamar saya di belakang. Disampaing kamar
saya terdapat sumur tempat mencuci dan kamar mandi rumah Pak Abdi.
Tempat sumur itu dikelilingi tembok sekitar 2 meteran. Jika gorden
jendela kamar saya yang berkaca gelap dibuka akan kelihatan sumur
tempat Bu Abdi mencuci tiap harinya. Saya bisa saja menonton aktivitas
harian Bu Abdi di sumur tersebut dari dalam kamar saya, namun sya tidak
terlalu berani karena takut kelihatan Bu Abdi. Padahal saya sangat
ingin memandang kemulusan kulit tangan dan kaki Bu Abdi.
Alhasil saya Cuma berani mengintip dari celah gorden kamar saya yang
tertutup. Entah Bu Abdi curiga atau tidak ketika dia mencuci baju
sekitar jam 8-an tapi gorden kamar saya belum dibuka juga. Padahal saya
sudah bangun dan sengaja belum membukanya karena saya ingin
mengintipnya ketika sedang mencuci. Hal itu sering saya lakukan ketika
tidak ada kuliah pagi. Saya benar-benar terangsang dengan mengintip Bu
Abdi. Wajahnya yang Cantik dan kulitnya yang putih bersih membuat saya
deg-degan. Kadang-kadang pahanya yang mulus jugan tersingkap saat dia
duduk mencuci. Hal ini menjadi kebiasaan yg menyenangkan buat saya
selama beberapa bulan pertama. Temen kost saya tahunya saya masih
tertidur jika sampai jam 8-an pintu kamar saya masih terkunci.
Sampai suatu saat saya bosan dan ingin melakukan sesuatu yang lain. Dari sinilah kegilaan itu bermula.
Suatu hari ketika rumah Bu Abdi kosong saya masuk ke tempat mencuci
rumah itu lewat pitu tembusan ke dapur kontrakan. Pintu itu memang
tidak pernah dikunci. Dari tempat itu saya mengamati jendela kamar
saya..aman, ternyata kaca gelap itu menghalangi pandangan dari luar ke
dalam walaupun gorden terbuka. Sejak saat itu saya tidak lagi mengintip
dengan gorden tertutup tapi saya buka lebar-lebar. Hal itu benar-benar
menyenangkan. Ketika Bu Abdi mulai ke susmur untuk mencuci saya buka
gorden dan juga buka semua pakaian saya hingga telanjag bulat lalu
dengan kursi saya duduk menghadap ke sumur sambil onani. Saya
benar-benar ketagihan dan hal itu saya lakukan beberapa hari.
Setelah beberapa hari saya membayangkan hal tergila yang pernah
terpikir oleh saya. Saya berangan-angan seandainya saya telanjang dan
onani di depan mata Bu Abdi. Saya benar benar bergairah jika
membayangkanya. Pikiran itu mengganggu saya beberapa hari sampai
akhirnya saya nekat untuk memenuhi keinginan saya itu.
Pagi itu hari Rabu saya buka semua pakaian dan kembali melakukan
aktivitas itu, namun kali ini jendela bagian nako saya buka sehingga
kamar saya agak terang. Saya memang berharap Bu Abdi malihat apa yang
saya lakukan, namun saya masih agak gugup.
Ketika Bu Abdi sudah mulai mencuci saya duduk dan onani seperti
biasanya.saya tidak tahu apakah Bu Abdi melihat saya atau tidak, tapi
sepertinya dia dapat melihat karena tingkahnya agak berbeda. Dia tampak
gelisah dan sesekali melirik kekamar saya. Saya sendiri sangat
menikmati momen itu. Jantung saya berdegup kencang ketika Bu Abdi
melihat ke arah kamarku dan itu membuat sensasi yang sangat hebat saya
rasakan dan ketika orgasme, saya semprotkan air mani saya ke luar lewat
jendela nako.
Malam harinya saya tidak habis berpikir apa yang saya lakukan pagi itu.
Tapi saya masih bimbang apakah Bu Abdi benar-benar melihat saya atau
hanya mendengar suara aneh dari kamar saya. Sampai saya memutuskan
melakukan yang lebih nekad esok hari.
Dua hari kemudian saya benar benar melakukannya. Ketika Bu Abdi di
sumur mencuci saya membuka nako, gorden dan semua pakaian saya lalu
memulai onani seperti biasa, namun kali ini saya menyalakan lampu neon
kamar saya. Kali ini saya yakin Bu Abdi bisa melihat saya yang
telanjang bulat sedang beronani. Saya berdiri di dekat jendela dan
mempertontonkan kemaluan saya yang berdiri tegang sambil terus
mengocoknya.
Saya yakin Bu Abdi melihat dengan jelas kemaluan saya yang berukuran
lumayan besar itu. Saya benar benar merasakan sensasi yang sangat hebat
dan sangat bergairah. Sementara Bu Abdi tampak begitu gelisah dan
berkali-kali melihat kearah kamarku dengan pandangan tajam lalu
menunduk. Sampai akhirnya karena sensasi luar biasa itu akhirnya aku
orgasme tidak lebih dari dua menit kemudian. Saat orgasme hebat itu aku
mengerang dan menjulurkan kemaluanku ke luar jendela lewat nako yang
terbuka. Saya melihat air mani itu muncrat sampai ke samping tubuh Bu
Abdi. Saya benar-benar lemas dan menghempaskan tubuh ke kasur sementara
kulihat Bu Abdi begitu bingung, lalu saya tertidur.
Saya terbangun ketika pintu di ketok-ketok temanku. Kulihat dari
jendela yang masih terbuka, Bu Abdi sudah tidak ada. Saya buru-buru
memakai pakaian dan keluar kamar.
Sore hari itu juga ketika pulang dari kampus, didepan kontrakan saya
berpapasan dengan Bu Abdi. Tampaknya suaminya belom pulang, motornya
belum tampak. Saya menunduk malu dan tidak berani melihatnya. Ketika
hampir masuk pintu tiba-tiba Bu Abdi memanggil saya, DEG!
Jantungku berdegup kencang saya benar benar gemetar namun kuberanikan
menoleh, "ya bu", jawab saya. Lalu di mendekat,"Toni, tadi pagi waktu
ibu lagi nyuci, kamu ngapain di kamar kamu?"Tanya Bu Abdi dengan
lembut. Saya bertambah gemetaran mendengar pertanyaan itu.
"Ma..maa..maafin Toni Bu", jawabku terbata-bata. Kami berdua diam beberapa saat.
"Habis..toni seneng liat ibu yang cantik sih, toni nggak tahan bu" kata
saya nekat. Bu Abdi masih diam, tapi dia nggak tampak marah
sedikitpun, heran.
"Ya sudah, ..nggak apa asal kamu nggak kurang ajar sama ibu" Jawab Bu Abdi membuat saya benar benar lega.
"jadi..kalo besok Toni gitu lagi nggak apa-apa bu?" pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut saya.
Bu Abdi tersenyam kecil, "terserah kamu, ibu kan nggak rugi apa-apa".
Jawaban itu membuat darahku berdesir. Seolah-olah Bu Abdi juga menyukai
apa yang saya lakukan. Setelah itu saya pamit masuk kontrakan dengan
rasa puas. Tidak berapa lama kemudian kulihat suaminya pulang.
Tiga hari kemudian, kebetulan saya kuliah siang. Pagi itu saya benar
benar bergairah untuk melakukan hal itu lagi, tapi kali ini saya
berniat untuk melakukannya enar-benar di depan mata Bu Abdi. Jam 8-an
Bu Abdi ke sumur untuk mencuci. Teman saya sudah kuliah, situasinya
benar-benar bagus. Saya keluar ke tempat sumur lewat pintu tembusan
dapur kontrakan. Sampai di sumur saya lihat Bu Abdi sudah mulai
mencuci. Bu Abdi bertanya"ada apa, ton?".
"Saya pengin melakukan yang kaya kemarin boleh kan bu?"kata saya.
"Disini?" katanya kurang percaya.
"kalo ibu nggak marah sih, lagian udah pada berangkat semua kan bu?"kata saya.
"ya udah, tapi janji jangan kurang ajar sama ibu ya?"
"Nggak kok bu, toni pengin onani aja, ibu nyuci aja" jawab saya sambil menahan gairah yang mulai melonjak-lonjak.
Tanpa menunggu lagi, saya melucuti semua pakaian saya samapai telanjang
bulat. Bu abdi memandangi saya dengan senyum yang sangat manis. Saya
tidak hampir percaya semua ini, saya berdiri telanjang bulat di depan Bu
Abdi yang begitu menggairahkan. Kemaluan saya yang sudah begitu
membesar hanya berjarak kurang dari setengah meter dari wajah cantiknya.
Bu Abdi sesekali memandang kemaluan saya.
Hal itu semakin menambah gairah saya. Dari posisi saya juga terlihat
jelas payudara Bu Abdi dari lobang leher dasternya yang lebar.
Tampaknya Bu Abdi tidak berusaha menutupinya. Sejauh ini aku hanya
berdiri di depan Bu Abdi tanpa mengocok kemaluan saya. Saya masih
menikmati sensasi aneh ini. Setelah beberapa saat, aku mengambil
handbody yang saya siapkan lalu melumuri kemaluanku. Bu Abdi hanya
melihat, tampaknya dia tidak konsentrasi mencucinya. Aku mulai mengocok
kemaluanku perlahan-lahan. Beberapa menit berlalu. Saya berusaha
menahan orgasme agar kenikmatan sensasi ini lebih lama.
Setelah sekitar sepuluh menit lebih berlalu terlihat Bu Abdi mulai
gelisah. Sepertinya dia juga terangsang. Hal ini membuat saya berdesir
hebat. Saya mendekatkan kemaluan saya ke wajahnya. Bu Abdi semakin
gelisah dan nafasnya terdengar naik turun. Saya yakin dia menahan
gairah yang sama pula. Saya berusaha menempelkan kemaluanku ke wajah Bu
Abdi, dia tidak menolak. Saya memperbaiki posisi berdiri.
Kini saya berdiri tepat di depan Bu Abdi yang duduk. Dengan kaki yang
berdiri agak lebar selangkangan saya menempel di wajah Bu Abdi. Tangan
kiri saya memegang kepala Bu Abdi dan tangan kanan menekan kemaluan
saya yang menempel di pipi kanan Bu Abdi. Saya menggosok-gosokkan
kemaluan saya yang masih licin oleh Handbody ke pipi Bu Abdi. Sementara
Bu Abdi terdengar melenguh kecil sambil kini memegangi pantat saya.
Hal itu hanya berlangsung beberapa menit, sampai saya tidak tahan lagi
dan mengeluarkan air maniku di wajah Bu Abdi.
Selama beberapa bulan berikutnya saya sering melakukan onani dengan ditonton Bu Abdi.
Ada sensasi tersendiri yang membuat saya terangsang hebat jika
telanjang dihadapan Bu Abdi, entahlah mungkin karena dia cantik dan
seksi atau saya yang mempunyai kelainan. Tapi yang jelas Bu Abdi tidak
pernah keberatan jika saya menginginkan onani di depannya, bahkan jika
tidak sedang keberatan, Bu Abdi mau membantu mengocok kemaluan saya.
Tapi dia tidak pernah mau berselingkuh dengan saya, walaupun saya tahu
dia juga terangsang saat melihat aktivitas saya di depan matanya.
Akhirnya kenikmatan itu harus terhenti ketika saya terpaksa harus
pindah kost bersama adik perempuan saya yang juga kuliah dua tahun
kemudian di kota yang sama. Sejak saat itu hampir tidak ada lagi
kenikmatan yang pernah saya alami bersama Bu Abdi.
TAMAT
-------------------------------------------------------------------------------------
gadis tomboy
Namaku Yanto umurku sekarang 33 th. Kisah ini adalah kisah nyataku yang
aku alami bersama dengan anak tetanggaku sekitar 10 tahun yang lalu.
Waktu itu aku masih kuliah dan Ayu, sebut saja begitu, umurnya masih
sekitar 18 th dan baru saja lulus dari SMU.
Ayu orangnya supel dan mudah bergaul dengan siapa saja. Maka dari itu
semua orang dilingkungan tempat tinggalku kenal dengan dia. Selain itu
juga Ayu aktif dalam berbagai kegiatan dilingkungan kami seperti halnya
karang taruna dan dia selalu terpilih menjadi ketua panitia dalam
setiap kegiatan dilingkungan kami. Sifatnya yang energik itulah yang
disukai siapapun. Satu lagi sifat yang sulit dipisahkan darinya yaitu,
dia seorang gadis tomboy, walaupun dia sering marah jika disebut
begitu.
Sikap Ayu padaku sudah seperti adikku sendiri. Dia seringkali main ke
rumahku untuk sekedar bercengkerama dengan keluarga kami. Dan juga pada
tetangga yang lain dia juga begitu. Karena begitu akrabnya denganku
sehingga dia sering keluar masuk kamarku untuk sekedar membangunkanku
dari tidur mengajakku bercanda atau kadang-kadang dia juga tak segan
untuk curhat denganku.
Kebiasaan itulah yang selalu dilakukannya hingga pada suatu saat aku
lupa mematikan komputer yang ada dikamarku setelah aku mengerjakan
paper untuk mata kuliah Ilmu Sosial Dasar semalam suntuk. Karena
kelelahan aku tertidur dimuka komputer dan aku tinggalkan komputerku
dalam keadaan menyala. Sebagai anak muda menyimpan gambar-gambar porno
dari disket ke disket atau bertukar VCD porno adalah hal yang wajar
diantara aku dan teman-temanku. Rasa khawatirku muncul dan aku bergegas
bangun.
“..Mas, koq komputernya gak dimatiin sih..?” tanya Ayu sambil
menggeser-geser mouse. Untung saja ia hanya main game solitaire. Aku
banting lagi tubuhku yang masih setengah nyawa ke kasur busa yang ada
dilantai.
“..iya..semalem..abis ngerjain tugas..aku ketiduran, Yu..” kataku sambil bermalas-malasan dikasur
“..iya..udah sana mandi..! mana bau ih..udah sana..!” bentak Ayu sambil
bercanda menirukan gaya Ibuku yang biasa membangunkanku dengan
kata-kata itu.
“..hoahhh..!!” aku menguap sambil menggeliat mengumpulkan nyawa.
“..idih..baunya kemana-mana..udah sana mandi..mo mandi gak..hah?!” kata Ayu sambil merapat padaku dan memukul guling ke mukaku..
“..aduh..duh..aduh..he..he..he..aduh..!!” aku pura-pura sakit sambil tertawa terkekeh.
“..udah..sana..mandi..sana!!” bentak Ayu sambil terus memukul-mukul dengan bantal ke mukaku
Tak tahan diserang bertubi-tubi aku akhirnya menyerah dan bergegas ke
kamar mandi sambil mengambil handuk dan pakaianku. Hari itu hari sabtu
jadi aku tak perlu tergesa-gesa karena hari itu hari libur. Ada yang
aneh karena Ayah dan Ibuku yang biasanya ada dirumah kini tidak ada.
Setelah itu aku kembali ke kamarku.
“..Yu..Ibu sama Ayahku kemana..?” tanyaku pada Ayu
“..lho..Mas..koq..gak tahu sih..?” Ayu balas bertanya
“..nggak..ada apa..?” tanyaku lagi..
“..Ibu sama Ayah Mas..tadi pagi udah berangkat ke Bekasi..katanya mo lihat anaknya Mas Robi..” cerita Ayu.
Mas Robi adalah abangku. Anaknya yang juga adalak keponakanku yang
umurnya baru 2 tahun sakit. Ayah dan Ibuku menengok keponakanku yang
adalah cucu mereka juga.
“..Oh..” aku baru mengerti
“..iya..nah tadi Ayah sama Ibu mas Yanto nitip rumah ke aku..” kata Ayu
“..Oh..” sahut ku
“..ah..oh..ah..oh..apanya sih..?!” hardik Ayu sambil bercanda.
“..ah..nggak..” kataku sambil memperhatikan Ayu
Wajah Ayu sepertinya biasa-biasa saja. Hanya kulitnya yang putih mulus
yang membuatnya terlihat cantik. Rambutnya yang dipotong pendek semakin
membuat ia kelihatan tomboy. Tubuhnya sintal dan padat menyiratkan
kalau ia seksi. Dalam hatiku ingin sekali menikmati tubuhnya itu yang
aku rasa lebih nikmat daripada pelacur kelas kakap sekalipun. Aku atur
strategi bagaimana caranya supaya aku bisa menikmati tubuhnya.
“..kenapa sih, Mas..?!” tanya Ayu yang membuat lamunanku buyar seketika
“..akh..nggak..eh..Ayu udah sarapan belom..?” tanyaku mengalihkannya
“..kenapa sih..mau Ayu buatin yah..?” kata Ayu
“..aduh kamu tuh baik sekali sih..” kataku memujinya
“..iya dong..siapa dulu dong..Ayu..” katanya membanggakan diri sambil meinggalkan kamarku
Aku buka gambar-gambar porno di folderku. Aku pajang besar-besar untuk
memancing Ayu supaya melihatnya. Aku ingin tahu reaksinya. Tak lama
kemudian memanggilku.
“..mas udah tuh..” katanya. Aku meninggalkan komputerku dalam keadaan
gambar terdisplay besar-besar dimonitor. Perkiraanku benar saja. Ayu
kembali ke kamarku. Aku sengaja membiarkannya melihat gambar-gambar
porno itu karena ingin tahu reaksinya. Sementara itu aku sarapan
diruang makan. Setelah itu aku kembali ke kamarku.
Tak ku sangka dan tak ku duga Ayu ternyata membolak-balik gambar-gambar
yang ada difolderku sambil melihat gambar-gambar yang lain. Aku hanya
memperhatikannya dimuka pintu tanpa sepengetahuannya. Aku tak bisa
melihat wajahnya karena ia membelakangiku entah bagaimana mimik
mukanya. Perlahan aku dekati dia berbicara.
“..ehm..lagi ngapain, Yu..?” tanyaku
“..ehm..nggak..eh..eh..aduh..maaf..yah, Mas..eh..Ayu nggak
sengaja..maaf udah buka-buka foldernya Mas..” kata Ayu. Ku lihat
mukanya merah dan berkeringat.
“..ah..nggak pa-pa..koq..itu juga buat ngilangin stress aja..” kataku dengan ringan
“..aduh..gimana..nih.maaf yah ..mas..” kata Ayu memohon maaf padaku. Padahal aku tahu kalau Ayu malu setengah mati.
“..enggak..nggak pa-pa..koq..” kataku lagi
Kali ini aku menuntun tangannya yang memegang mouse supaya lebih aktif
lagi membuka gambar yang lain. Aku rasakan keringat dingin yang
membasahi tangan Ayu.
“..rileks aja oke..” kataku sambil meniup tengkuk leher Ayu. Teknik ini untuk membangkitkan birahi wanita.
“..emh..Mas..” sahut Ayu
“..tuh lihat..ditunggingin gitu trus ditubles deh pantatnya..” kataku mengomentari gambar doggy style
“..ih..masak sih..Mas..hiiy..jorok..ih..!” kata Ayu terkaget-kaget
Tanganku membimbing tangannya yang memegang mouse untuk melihat gambar
selanjutnya. Kali ini gambar seorang gadis mengulum-ngulum penis pria
yang berukuran besar dan panjang.
“..kalo yg ini..serem..ah..” bisikku sambil terus meniup tengkuk lehernya.
“..ih..jijik..ih..udah ah, Mas..liat yang lain aja..” bisik Ayu
Tanganku terus membimbing tangannya yang memegang mouse hingga gambar
berikutnya. Kali ini gambar vagina yang dijilati oleh pria. Ayu
terbelalak.
“..tuh..dijilatin..tuh..enak kali yah..?!” bisikku ditelinganya
“..ih..apa nggak jijik tuh, Mas..?!” tanya Ayu terheran-heran
“..nggak..enak..koq..liat aja tuh cowoknya ke enakkan gitu..” kataku
“..ih..” Ayu masih terlihat jijik.
“..kalo kamu mau..Mas mau tuh jilatin..” bisikku sambil menawarkan
“..” Ayu diam saja
“..gimana, Yu..kamu mau nggak..enak koq..” rayuku
“..engh..nggak..ah..” kata Ayu
“..ih..enak..enak banget..koq, Yu..” rayuku lagi
“..Mas..nggak jijik..?” tanya Ayu
“..nggak sayang..malah..Mas yang keenakan..” rayuku lagi
“..ih..eng..” Ayu masih jijik.
“..oke deh..gimana kalo mulai dengan ini dulu..” kataku sambil mengulum bibirnya dalam-dalam.
“..emh..” hanya itu suara yg aku dengar dari mulut Ayu.
Aku yg berdiri dibelakang Ayu kali ini mengulum bibir Ayu dalam-dalam.
Ciumanku aku arahkan ke tengkuk lehernya sambil ku jilati tengkuk leher
yang putih mulus itu.
“.emh..Mas..ohh....” hanya itu suara dari mulut Ayu membalas seranganku.
Ciuman dan jilatanku aku arahkan ke dagu dan leher Ayu terus ke bawah. Tapi kausnya masih menghalangi aksiku.
“..Ayu..bajunya, Mas..buka yah..?” bisikan rayuanku
“..emh..” hanya itu suara yg keluar dari mulut Ayu. Aku tak tahu apakah itu berarti ya atau tidak.
Perlahan-lahan aku tarik bajunya Ayu tak memberontak sedikitpun. Aku
teruskan menarik kaus itu hingga terlepas. Tak ku sia-siakan kesempatan
ini sambil terus membuka BH-nya. Aku tarik kancing BH-nya yg berukuran
36B. Aku lihat tulisan itu pada tanda label pada BH-nya. Kini tubuh
Ayu sudah topless dan siap aku gempur bagian atasnya.
Perlahan-lahan aku papah Ayu ke kasur yang ada dilantai kamarku. Aku baringkan ia dan aku teruskan aksiku tadi.
“..Ayu..mau diterusin gak nih..” tanyaku. Aku takut nanti ia melapor pada orangtuanya kalau ia diperkosa.
“..engh..mmhh..main atas aja yah..Mas..sshtt..” pintanya dalam keadaan horny
Rupanya Ayu sudah beberapa kali main pas foto dengan teman-temannya
dulu waktu disekolah. Jadi ia sudah tak heran lagi dengan yang
beginian.
Kali ini bibirku mengulum dan lidahku menjilati buah dada yang bulat
dengan putting susu berwarna coklat kemerahan mengacung ke atas. Aku
mengulumnya sambil lidahku memainkan putting susu itu. tanganku
menggerayangi buah pantatnya yg padat berisi. Aku teruskan dengan
membuka celana pendek yang dikenakannya. Kali ini Ayu agak bertahan. Dia
tidak mau menaikkan pinggulnya supaya celananya mudah diperosotkan.
Sementara itu aku melepaskan celana pendek kolorku dan juga kausku
hingga aku hanya celana dalam saja.
“..emh..jangan..mas..sshh..” pinta Ayu dalam desahannya.
“..gimana..Mas..bisa ngejilatin itunya Ayu..?” tanyaku
“..engh..jangan..mass..sshh..main atas aja..” pinta Ayu
“..nggak koq..Yu..Mas Cuma mo liat ama jilatin itunya kamu aja..Mas nggak akan ngapa-apain deh..” rayuku
Setelah itu Ayu seperti membolehkanku. Terbukti kali ini ia mengangkat
sedikit pinggulnya supaya celananya bisa diperosotkan. Aku ambil dua
sekaligus celana dalam dan celana luarnya sehingga Ayu langsung
telanjang bulat. WOW! Kini tubuh yang selama ini aku idam-idamkan
terpampang jelas didepan mata
“..ih..mas..tapi mas..jangan yah..” pintanya supaya aku juga tidak telanjang
“..lho..kenapa sayang..?” tanyaku
“..engh..jangan..deh..” pintanya lagi sambil kedua tangannya mencoba menutupi bagian paling pribadinya
“..kenapa..kamu takut..?” tanyaku
“..engh..cukup deh..gini aja..Ayu takut, Mas..” katanya dibalik nafasnya yang menderu
Aku tahu kalau Ayu masih perawan dan aku juga tak mau merusaknya. Hanya
ingin memainkannya saja. Aku perhatikan bentuk tubuh Ayu yang
benar-benar indah itu. Buah dada yang bulat dengan putting susu coklat
kemerahan mengacung menantangku. Perut yang mulus putih bersih dan
kencang. Paling utama bagian dibawah perut yang ditutupi bulu-bulu
halus. Dibalik bulu halus itu terdapat bongkahan daging merah dengan
celah yang sempit dari situ tersembul seonggok daging kecil seperti
kacang merah merekah.
“..Ayu..punya kamu indah..banget..sayang..” kataku sambil mendekati vaginanya dan langsung mengulumnya..
“..oufh..sshhtt..engh..emh..sshtt..ough..” Ayu melenguh dan mendesah penuh kenikmatan ketika bibirku mengulum bibir vaginanya.
“..gimana enak..kan sayang..?’ bisikku.
“..emh..sshtt.ough..sshhtt..ough..sshhtt..ough..” suara desahan itulah yang keluar dari mulut Ayu.
Aku kulum-kulum kelentitnya sambil sesekali lidahku menerobos celah
sempit dibawah kelentitnya. Aku julurkan lidahku dalam-dalam hingga
lidahku aku merasakan seperti ada yang menghalanginya. Aku semakin
yakin kalau Ayu masih benar-benar perawan. Sementara itu cairan putih
bening tak henti-hentinya keluar dari kelentitnya membasahi lidah dan
bibirku. Aku jilat dan aku hisap lalu aku telan cairan kenikmatan itu
seperti halnya aku kehausan.
Cukup lama juga aku menjilati liang vagina itu. Sambil mulutku bermain
di liang vaginanya tanganku melepas celana dalamku. Satu-satunya kain
penutup tubuhku yang menutupi batang penisku. Tanpa sepengetahuannya
aku berhasil melepas celana dalamku. Kini tubuhku dan tubuh Ayu
sama-sama polos dan telanjang bulat. Kali ini tinggal Ayu saja yang
menentukan apakah boleh atau tidak batang penisku yang sudah panjang
dan keras untuk menerobos liang vaginanya.
Tak lama kemudian nafas Ayu semakin cepat dan mulutnya meracau seperti ingin menjerit.
“..auwfh..sshtt..engh..emh..augh..enaxxx..mmasshh..sshtt..ough..”
begitu erangnya dan kali ini aku tahu kalau Ayu sedikit lagi akan
mencapai orgasme.
Disini aku atur siasat. Aku hentikan jilatan dan kulumanku ke liang
vagina Ayu hingga Ayu hampir sadar. Wajahnya yang tadi merekah kini
perlahan-lahan kembali normal. Ada sedikit kekecewaan diwajah Ayu.
“..Ayu..sayang..kamu mau..kan..?” tanyaku
“..Mas..engh.. ayo dong..” begitu pinta Ayu ditengah-tengah desahan nafasnya yang tersengal
“..iya..sayang..tapi kamu mau..nggak..?” tanyaku lagi
“..iya deh..mas..Ayu mau apa aja yang Mas suruh..tapi..” aku melihat Ayu seperti mengiba padaku
“..oke..deh..punya..Mas..boleh kan dimasukin..?” tanyaku
“..iya..he..eh..egh..ayo..dong..” Ayu meminta padaku
“..ayo..apa..ayo..apa..sayang..” tanyaku pura-pura
“..Ayu mau yang tadi..” pinta Ayu
“..yang tadi..yang mana..?” tanyaku pura-pura
“..engh..” Ayu meminta dengan manja sambil menjambak rambutku dan mengarahkan pada liang vaginanya.
“..yang ini sayang..emgh.” aku teruskan lagi jilatanku..
“..iyah…ough..emh..yesshh..ough.emh..sshhtt..oufh…sshhtt..oughh..”
begitu desah Ayu menimpali jilatanku hingga Ayu hampir orgasme lagi
dan..
“..Ayu..mas..boleh yah..masukin..” tanyaku sambil batang tongkolku sudah menunggu dibibir vaginanya.
“..emggh..” Ayu mendesah sambil matanya terpejam dan siap menerima batang tongkolku
“..boleh..nggak sayang..emh..?” tanyaku sambil memainkan batang tongkolku dibibir vaginanya
“…” Ayu terdiam namun ia sediki mengangkat pinggulnya dan aku langsung
siap mencobloskan batang penisku yang sudah keras dan panjang ini ke
liang vaginanya. Namun baru didorong sedikit batang penisku seperti
terpeleset begitu terus menerus hingga…
“..augh..sshhtt..” Ayu merintih
“..dikit..lagi.yah..sayang..enaxx..koq..” rayuku
“..augh..pelan-pelan..mas..aduh..sshhakit..” rintih Ayu aku lihat sedikit airmata dimatanya
Aku dorong perlahan-lahan batang penisku hingga
“..SLEB..SLEB.. BLESSS!!!” batang penisku berhasil amblas ke liang vagina Ayu
Aku diamkan sesaat batang penisku didalam liang vagina Ayu. Aku biarkan
otot-otot vagina Ayu supaya terbiasa dulu dengan batang penisku yang
baru saja menerobos liang vaginanya. Batang penis yang selama ini belum
pernah menerobos liang vagina Ayu kini merintih.
“..sshhtt..auh..sshhtt..sakit..Mas.” aku lihat sedikit airmata dimata Ayu.
“..iya..sayang..aku tahu..sebentar lagi enak koq..yah..” kataku sambil mengulum bibirnya
Setelah itu aku liukkan perlahan-lahan pinggulku untuk memainkan batang
penisku didalam liang vagina Ayu. Ayu yang tadi merintih kesakitan
kini kembali mendesah penuh kenikmatan.
“..oufh..sshhtt..engh..emh..sshtt..ough..” begitu suara desahan Ayu mengiringi liukan dan terjangan batang penisku
“..ouh..Yu..kamu enaxx..banget..Yu..egh..” kataku memuji-mujinya.
Posisi tubuh kami aku atur. Kaki Ayu aku lingkarkan dipinggulku dan
kedua kakiku terlipat supaya batang penisku benar-benar pada posisi
yang enak diliang vagina Ayu.
Permainan ini terus berlangsung hingga dua puluh menit kemudian.
“..ough..eghh..ough..ough..egh..emh..sshhtt..ough…shhtt..ouggh..sshtt..ough..”
mulut Ayu mendesah-desah penuh kenikmatan sambil meracau
“..massshhtt..augh..enaxxx..banget..mmhh…sshhtt..oughh…sshhtt..ough..shhtt..ough
..” tangan Ayu memeluk punggungku erat-erat sambil kedua kakinya mencengkram erat-erat pinggangku. Ayu sebentar lagi orgasme.
“..tenang..sayang..aku juga bentar lagi..koq..” kataku sambil mempercepat liukkan pinggulku dan akhirnya..
“..augh..augh..aarghh..emh..emh..ouh..” Ayu mengerang panjang dan
diakhiri dengan desahan-desahan lambat. Aku rasakan otot-otot
divaginanya berdenyut-denyut seperti menyedot batang penisku.
Diperlakukan begitu, batang penisku jadi terasa berdenyut-denyut akan
ada yang keluar lalu tak lama kemudian.
“..Oooh..Ayuu..enaxx..” kataku sambil diikuti dengan semburan cairan kenikmatanku menembak dirahimnya.
“CROT..CROT..CROTT..!” batang penisku menyemprotkan cairan sperma penuh
kenikmatan. Aku merasakan denyutan-denyutan yang dahsyat dibatang
penisku.
Setelah itu bibir kami berpagutan sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan
orgasme yang kami rasakan. Perlahan Ayu mengendorkan cengkeramannya
dan kembali rileks.
“..makasih banget yah, Yu..kamu mau begini sama aku..” kataku sambil membelai rambutnya
“..he-eh..makasih juga yah, Mas..Ayu gak sia-sia kehilangan keperawanan kalo seenak ini..” kata Ayu yang membuatku kaget
“..jadi kamu nggak nyesel..?” tanyaku
“..nggak..eh..malah..Ayu jadi pengen dan pengen terus beginian sama..Mas..” sahutnya blak-blakan
“..eh..bagus deh..” kataku sambil menariknya ke pangkuanku dan kami kembali berciuman.
Lalu setelah cukup terangsang aku dan Ayu kembali bersenggama dengan
berbagai posisi. Hari itu tak kurang dari empat kali kami bersenggama
dikamar hingga siangnya kami sama-sama kelelahan lalu tertidur. Sorenya
setelah bangun dari tidur kami mandi berdua dan masih melakukannya
dikamar mandi.
Setelah kejadian itu aku dan Ayu masih melakukannya jika ada kesempatan
hingga setahun kemudian. Ayu pindah ke daerah untuk kuliah. Hingga
detik ini aku tak tahu bagaimana kabarnya ia sekarang ini.
-------------------------------------------------------------------------------------
memamerkan pacar
Namaku Tina, usia 15 tahun. Aku tinggal di Surabaya, salah satu kota
besar di Indonesia yang padat penduduknya. Aku berasal dari keluarga
yang biasa-biasa saja. Papaku seorang pengusaha yang bergerak di bidang
jual beli hasil bumi. Sedangkan mamaku seorang aktivis beberapa
organisasi sosial. Aku juga punya seorang kakak perempuan yang kini
sedang menyelesaikan studinya di luar negeri.
Sebenarnya hidupku berjalan seperti biasa selama ini. Aku pergi ke
sekolah tiap hari. Kemudian pulang sekolah, Andrew pacarku, selalu
menemaniku sampai sore. Banyak yang bisa kami lakukan. Main video game,
membaca komik, membuat PR atau hanya sekedar ngobrol. Pada malam hari,
kami sekeluarga berkumpul bersama. Setelah makan malam, biasanya kami
nonton TV dan saling bertukar cerita tentang kegiatan kami seharian.
Pokoknya aku cukup bahagia dengan keadaan keluargaku saat itu.
Namun semuanya menjadi berubah sejak aku mengenal narkoba. Aku tak tahu
apakah ini perubahan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Terus terang
aku sangat menikmati gaya hidupku yang baru ini. Aku jadi lebih
bahagia, lebih ceria, dan lebih bersemangat. Aku jadi menemukan diriku
yang baru. Diriku yang sama sekali berbeda. Tidak ada lagi Tina yang
pendiam dan pemalu. Yang ada sekarang adalah Tina yang ceria dan
memiliki banyak teman.
Semua ini berawal dari rasa kesepianku dirumah waktu selesai ujian
nasional. Tidak biasanya aku kesepian seperti ini. Aku benar-benar tak
tahu apa yang harus kulakukan. Bangun pagi menganggur. Siang juga
menganggur. Tidak ada yang menemaniku.
Orang tuaku baru pulang malam hari. Andrew dan keluarganya masih di
Jakarta berlibur sekaligus mengurus kepindahan Andrew ke Amerika.
Teman-temanku pada menghilang semua. Ada yang ke luar kota, ada yang
pergi sama pacarnya. Pokoknya menyebalkan sekali. Dulu waktu aku dan
kakakku masih kecil, mamaku jarang sekali keluar. Tapi sejak aku lulus
SD, mamaku mulai aktif dalam suatu organisasi kerohanian. Lama
kelamaan, mamaku makin aktif dan terpilih sebagai pengurus organisasi
tersebut. Saat ini tidak hanya satu organisasi yang diurusnya,
melainkan berkembang menjadi tiga! Saking repotnya, kadang-kadang
mamaku sampai menginap di kantor organisasinya.
Aku biasanya bisa maklum dengan kegiatannya yang bejibun seperti itu.
Tapi saat ini aku lagi sebal sendirian di rumah. Masak aku harus diam
di rumah saja melewati hari-hari liburanku ini. Apalagi setelah Andrew
memberi kabar kalau visanya diterima kedutaan Amerika. Serasa dunia ini
mau kiamat! Aku akan berpisah dengan Andrew minimal selama dua
setengah tahun. Itupun kalau selepas high school dia balik ke
Indonesia. Kalau meneruskan kuliah di universitas sana, yaah..
Saat aku kesepian dan suntuk, aku bertemu Ling sahabat lamaku. Mama
Ling adalah sahabat baik mamaku. Itu sebabnya sejak kecil aku sudah
berteman dengannya meski kami beda usia. Ling lebih tua setahun dariku.
Iseng-iseng aku menelponnya dan kami ngobrol berjam-jam. Lalu Ling
mengajakku untuk menginap di rumahnya. Aku sih setuju saja. Kupikir tak
ada tawaran lain yang lebih menyenangkan saat ini. Maka Ling kuundang
datang ke rumahku saat makan malam.
Saat makan malam bersama itulah aku mengutarakan keinginanku untuk
menginap di rumah Ling sampai mulai masuk sekolah. Semula orang tuaku
tidak setuju aku menginap selama itu. Tapi mereka tak berkutik setelah
mendengar protesku bahwa aku kesepian di rumah sepanjang hari. Akhirnya
mereka mengabulkan keinginanku tapi dengan syarat bahwa hari Minggu
aku harus pulang ke rumah.
Aku segera mengemasi pakaian dan keperluanku dibantu oleh Ling. Ling
berbisik menyuruhku untuk membawa beberapa pakaian yang bagus untuk
dugem. Wah, Ling mau mengajakku dugem! Aku belum pernah dugem
sebelumnya. Sebab orang tuaku tak akan mengijinkan aku pulang lebih dari
pukul sepuluh malam. Aku jadi tambah panik menanyakan baju yang
bagaimana yang pantas dikenakan. Lalu Ling memberi beberapa saran yang
segera kupatuhi. Segera kumasukan semua pakaian ke dalam koperku beserta
peralatan kosmetikku.
Mama dan papaku memberiku uang saku cukup banyak untuk menginap sebulan
di rumah Ling. Mereka memberi kami nasehat agar hati-hati menjaga
kesehatan dan jangan pulang terlalu malam. Setelah berpamitan, kami
segera berangkat menuju rumah Ling.
Rumah Ling terasa sangat sepi. Rumah yang cukup besar ini hanya
ditempati Ling dan dua orang pembantu. Orang tua dan adik-adik Ling
masih di kota asalnya. Perlahan-lahan mereka akan pindah ke Surabaya.
Dimulai dengan kepindahan Ling setelah lulus SD, setelah itu baru akan
disusul oleh adik-adiknya. Pada awalnya orang tua Ling sering sekali
datang ke Surabaya untuk menengok Ling. Namun lama kelamaan semakin
jarang frekuensinya. Saat ini orang tua Ling hanya datang sebulan
sekali atau pada saat adik-adik Ling liburan sekolah. Aku tak bisa
membayangkan bagaimana kesepiannya Ling sendirian di sini.
Malam itu kami hanya saling curhat untuk memuaskan rasa kesepian kami
selama ini. Aku sangat percaya pada Ling. Aku merasa aman membicarakan
segala rahasiaku padanya. Kami ngobrol panjang lebar tentang semua hal.
Termasuk tentang perilaku seksku dengan Andrew yang agak kelewatan.
Aku bercerita padanya kalau aku sering peting dengan Andrew saat ortuku
tidak ada. Mulai cium peluk, raba-raba sampai oral sex. Aku juga
pernah mandi berdua dengan Andrew. Bahkan saat mandi berdua kita saling
melakukan oral sex bergantian. Tapi meski bagaimanapun hebatnya
rangsangan yang kualami, aku tetap mempertahankan keperawananku.
Ceritaku yang mengalir deras membuat Ling terkejut dan tak bisa bicara
apa-apa. Seakan tidak percaya aku yang selalu alim dan pendiam di
sekolah bisa seliar itu dengan Andrew. Aku malu sekali saat Ling
mentertawakan aku habis-habisan. Berkali-kali dia mengatakan bahwa dia
tidak bisa percaya aku melakukannya.
Akhirnya setelah puas mentertawakan aku, Ling juga membuka sebuah
rahasia yang tidak kalah mengagetkan. Ling adalah pengguna narkoba!
Hampir semua jenis narkoba pernah dicoba. Aku melongo mendengar cerita
yang mengalir begitu saja dari mulutnya. Aku kaget sekali! Aku bergidik
ngeri mendengar ceritanya saat dia sakauw. Bahkan Ling pernah sakauw
di kamar mandi sekolah. Untung Ling bisa mengendalikan diri dan
perlahan-lahan mulai mengurangi dosisnya. Sekarang Ling sudah berhenti
total menggunakan SS.
Yang mengenalkan Ling pada narkoba adalah teman se'geng'nya disekolah.
Memang sekolah Ling saat ini adalah sekolah yang terkenal borjuis.
Tempat sekolah anak-anak orang kaya namun kurang berminat dalam
pelajaran. Datang ke sekolah dengan mobil mewah, pulang langsung ke
Mall, dan malamnya dugem. Apalagi gedung SMP dan SMUnya berdekatan
dalam satu blok. Sehingga banyak anak SMP yang dirusak oleh anak SMU.
Kupikir Ling ini adalah salah satu korbannya.
Ling mengaku, saat ini dia sudah berhenti menggunakan yang lain kecuali
ekstasi atau yang biasa disebut inex. Soalnya inex paling aman karena
tidak membuat penggunanya ketagihan dan efeknya paling ringan dari
semua jenis narkoba. Ling berkata, pokoknya aku harus mencoba. Sebab di
dunia ini tidak ada yang bisa mengalahkan kenikmatannya. Aku
menasehatinya agar berhati-hati menggunakan narkoba. Kalau bisa
berhentilah menggunakannya. Sebab seringan-ringannya narkoba, pasti
memberi pengaruh buruk pada tubuh. Malam itu memang aku menasehatinya
agar menjauhi narkoba. Malam berikutnya setelah aku dikenalkan dengan
inex, gantian aku yang ketagihan.
Masih segar dalam ingatanku, saat itu malam minggu ketika kami berdua
ke KW diskotik bersama dua teman cowoq Ling. Namanya Sandy dan Martin.
Rasanya Sandy dan Ling saling menyukai. Buktinya Ling duduk di sebelah
Sandy, sedangkan aku disuruh duduk di belakang bersama Martin. Aku tak
tahu dari mana Ling mengenal mereka. Yang jelas, mereka jauh lebih tua
dari kami berdua. Sandy berumur 24 tahun sedangkan Martin berumur 25
tahun. Sandy bertubuh kurus dan tingginya sekitar 170cm. Rambutnya yang
hi-light merah diset kaku berdiri. Orangnya ramah dan suka bergurau.
Martin lebih tinggi sedikit dari Sandy. Badannya kekar dan wajahnya
keras. Kalau belum kenal dia sering diam saja. Tapi kalau sudah kenal,
wah.. lucu sekali. Lebih ramai daripada Sandy! Dia suka membuat lelucon
dan kalau tertawa keras sekali. Pokoknya mereka berdua sangat
mengasyikan sebagai teman.
Ketika sampai di tujuan, aku tidak bisa menutupi rasa kagumku. Mulai
dari area parkir, aku melihat begitu panjang antrean mobil membeli
karcis parkir. Begitu hebatnya daya tarik tempat ini? Aku belum pernah
dugem sama sekali sebelumnya. Bila ada orang tanya padaku bagaimana
kesannya? Waah luar biasa! Sangat luar biasa! Aku sampai melongo takjup
melihat suasana yang sama sekali asing bagiku. Aku melihat banyak
cowoq dan ceweq keren, berpakaian trendi, berdandan modis dan seksi,
mengendarai mobil-mobil mewah. Mereka menggunakan segala macam pakaian,
aksesoris dan model rambut yang sedang ngetren saat ini. Cool banget!
Mengingatkan aku pada para pemain serial Meteor Garden. Aku jadi
menyesal tidak menggunakan pakaianku yang paling canggih. Tak
henti-hentinya aku melihat dandananku sendiri. Apakah sudah setara
dengan mereka?
Dulu aku pikir pengunjung diskotik atau club adalah orang-orang yang
sudah dewasa. Tapi saat ini kulihat jauh lebih banyak generasi mudanya
daripada orang dewasanya. Aku hanya beberapa kali melihat orang yang
bertampang om-om atau Tante-Tante di sana.
Masuk kedalam aku lebih kaget lagi. Aku tak bisa melihat apa-apa.
Semuanya gelap! Hanya lampu disko yang berkilauan sedikit demi sedikit
memperjelas pandanganku. Aku hanya mengikuti Martin yang menggandeng
tanganku. Setelah mataku terbiasa dengan kegelapan, aku mulai dapat
melihat sekelilingku meskipun remang-remang. Saat itu mendekati pukul
23.00. Pengunjung mulai memadati KW diskotik. Aku bingung kita mau
duduk dimana. Ternyata kami menuju ke VIP room.
Rupanya nama Martin dan Sandy sudah cukup dikenal disana. Begitu kami
masuk, kulihat beberapa pegawai berjas menyapa dan menyalami mereka
dengan akrab. Kami langsung diantar ke VIP yang telah dipesan. Menurut
Ling, Martin dan Sandy adalah member yang sangat istimewa. Mereka sudah
terlalu banyak menghabiskan uang di KW. Oleh karena itu, para manajer
dan pegawai disana begitu hormat pada mereka.
Di dalam VIP room sudah menunggu teman-teman Ling yang lain.
Kuperkirakan ada lima belas orang di dalam. Dalam sekejap kami terseret
dalam keramaian. Bising sekali suara lagu house music ditambah suara
teman-teman Ling yang saling bergurau dan tertawa. Aku dikenalkan satu
persatu dengan mereka, namun aku tidak bisa mendengar nama-nama mereka
dengan jelas.
Aku diam saja di sofa melihat tingkah polah teman Ling yang tampak
begitu gembira. Mereka bergoyang mengikuti dentuman bass lagu house
music sambil merokok dan minum minuman keras. Ada yang menggoyangkan
kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ada yang berlenggak lenggok seperti
penari India. Bahkan ada yang melompat-lompat terus sambil berteriak
bagaikan penyanyi rock. Gerakan mereka tampak tidak wajar dan terlalu
berlebihan. Aku pikir apa mereka tidak lelah bergerak seperti itu?
Lampu dalam VIP room yang diredupkan membuat aku tak dapat melihat
sekeliling dengan jelas. Tiba-tiba Ling mendekat dan duduk disebelahku.
Dia memberi sesuatu dalam genggamanku sambil berkata menenangkan aku
kalau 'ini' tidak berbahaya dan akan membuatku senang. Pokoknya aku
harus menelannya. Sebuah kalimat dari Ling yang masih kuingat adalah,
"Kamu harus percaya padaku" Lalu Ling meninggalkan aku dan bergabung
dengan teman-temannya untuk bergembira bersama.
Aku bingung dan ragu menggenggam setengah butir pil ajaib ini. Berbagai
pikiran dan pertanyaan melintas dalam benakku. Aku pernah dengar
tentang inex. Obat doping untuk triping, atau yang di Surabaya disebut
nggedek. Amankah? Kalau aku sampai ketagihan gimana? Adakah efeknya
yang merugikan tubuh? Aku belum pernah menggunakan narkoba jenis
apapun! Masak aku harus merusak diri? Namun Ling mengatakan kalau ini
aman-aman saja? Bagaimana ini?
Di saat aku bimbang memegang benda merah muda setengah lingkaran
ditanganku, Martin mendekat dan duduk disebelahku. Martin memberiku
advise kalau aku tidak mau tidak usah ditelan. Namun dia menyarankan
sebaiknya dicoba, soalnya inex tidak akan membuat penggunanya
ketagihan. Apalagi dengan dosis serendah itu tidak akan menimbulkan
efek yang merugikan. Martin terus menenangkan diriku dengan menjelaskan
bahwa inex tidak berbahaya.
Akhirnya aku memutuskan untuk meminumnya. Dalam pikiranku, kalau aku
mengalami sesuatu yang merugikan, aku tidak akan ikut Ling dugem lagi.
Aku pasti kapok dan menjauhinya. Entah itu keputusanku yang benar atau
salah. Yang jelas, efek yang ditimbulkan sungguh luar biasa! Aku
sendiri sampai kagum dengan kehebatannya. Awalnya aku hanya duduk diam
menunggu diriku on selama setengah jam. Beberapa kali teman-teman Ling
mengajak aku bangkit dan berdisko bersama mereka. Aku cuma tersenyum
dan menggelengkan kepala. Aku sudah cukup senang melihat mereka
bergembira bersama.
Perlahan-lahan tanpa kusadari, inex yang kutelan mulai mempengaruhi
tubuhku. Pertama kali hanya kepalaku yang bergoyang-goyang mengikuti
irama lagu house music. Goyangannya masih samar-samar sehingga aku
tidak menyadari kalau itu sudah mulai on. Lalu secara tak sadar badanku
mulai ikut bergoyang kekiri dan kekanan. Lagu-lagu yang diputar terasa
makin asyik diikuti. Yang terakhir kakiku melonjak-lonjak sendiri.
Semua anggota tubuhku bergoyang tanpa kuperintah. Aku jadi tidak bisa
duduk dengan tenang. Aku pernah membaca tentang ekstasi dan efek yang
ditumbulkannya di majalah dan surat kabar. Aku jadi agak penasaran
ingin membuktikan sendiri.
Aku berdiri dari dudukku. Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam
benakku. Inikah rasanya? tanyaku dalam hati. Badanku bergetar hebat!
Aku hampir tak bisa menahan keinginanku untuk menggoyangkan anggota
tubuhku! Lalu sambil bergetar aku berjalan menuju Ling dan
teman-temannya. Terlihat mereka semua tampak gembira dan bahagia
sekali. Mereka tertawa lepas dan saling mengadu kehebatan gaya disko
mereka. Mendadak aku merasa hatiku turut senang melihat kegembiraan
teman-teman yang lain. Sangaat senang!
Saat aku berjalan, angin dari blower AC menerpa diriku. Membuat aku
makin merasa bersemangat. Tak sadar aku pun ikut bergoyang. Goyanganku
sungguh beda dengan biasanya. Aku jadi pingin menggerakkan kepala,
tangan, badan dan kaki bersamaan! Aneh sekali! kalau kucoba kuhentikan,
malah tidak bisa. Telapak tanganku terasa dingin sekali sampai kaku
semua. Ling memberiku permen karet untuk mencegah rahangku mengerat.
Aku baru sadar kalau gigiku mengatup rapat sampai rahangku terasa
sakit.
Aku ditarik Ling menuju ke tengah teman-temannya. Kurasakan tangan Ling
juga dingin sekali! Mereka tertawa dan menyemangati aku agar aku
bergoyang. Aku tidak merasa malu sedikit pun meski aku baru mengenal
mereka. Aku yang biasanya pemalu ini berubah seratus delapan puluh
derajat! Aku merasa jadi superstar malam itu. Aku jadi bisa menari
hingga membuat orang kagum atas diriku. Semakin keras goyanganku,
semakin keras aplaus mereka. Tidak ada yang mampu menghentikan
gerakanku. Badanku terasa gerah meskipun aku berada tepat di depan AC.
Sedangkan mulutku terasa sangat kering sampai beberapa kali aku
menghabiskan satu botol air mineral sekaligus. Aku goyang seperti orang
kesurupan selama empat jam tanpa berhenti. Dan sama sekali tidak merasa
lelah!
Martin mengajakku bergoyang bersama. Seharusnya aku menolak karena
risih dipeluk oleh orang yang bukan pacarku. Namun malam itu aku merasa
Martin adalah pasanganku. Martin memelukku dari belakang dengan kedua
tangannya yang kokoh. Aku menggoyangkan kepalaku ke kiri dan ke kanan
seperti angin puyuh. Tubuh ini rasanya ringan sekali. Disuruh diam
tidak bisa. Lagu house music yang biasanya menemaniku aerobic terdengar
jadi luar biasa enak di telinga. Membuat aku ingin terus bergoyang
mengikuti iramanya.
Ling dan Sandy menghampiriku dan menanyakan perasaanku. "Enak?"
tanyanya. Kujawab dengan mantap, "Enak Ling! Awas kalau kamu kesini
nggak ngajak aku lagi!" Ling dan Martin mentertawakan aku
habis-habisan. Aku juga ikut tertawa. Rasanya bahagia banget malam itu.
Aku merasa perasaan suntukku hilang semua larut dalam kegembiraan
bersama teman-teman baru. Martin melingkarkan lengannya di bahuku dan
bahu Ling. Sandy berbuat hal yang sama. Kami membentuk lingkaran
kemudian berputar sambil melompat-lompat. Senang sekali rasanya.
Sayangnya kalau kita merasa senang, waktu akan berjalan demikian
cepatnya. Tak terasa sudah pukul 5 pagi. Aku melihat kebawah dari
balkon, pengunjung di hall sudah habis. Pengaruh inex pada kami semua
juga mulai berkurang. Hanya beberapa orang termasuk aku dan Martin yang
masih menggoyang-goyangkan kepala perlahan mengikuti irama music. Aku
mulai merasa lemas. Dinginnya AC kembali terasa menusuk.
Ketika aku sudah benar-benar drop, Sandy menyalakan lampu VIP dan
mengatakan kalau pesta sudah bubar. Semua orang bertepuk tangan seakan
sadar kalau sudah saatnya pulang. Aku merasa geli juga melihat mereka
berebutan menggunakan kamar mandi membetulkan pakaian maupun dandanan.
Terutama para ceweqnya. Aku hanya bisa menebak dalam hati apa saja yang
telah mereka lakukan dengan pasangannya masing-masing. Soalnya kulihat
pakaian mereka acak-acakan semua. Bahkan beberapa dari mereka masih
berciuman ketika lampunya dinyalakan.
Lalu tak disangka, mereka berebut menyalami aku dan menanyakan
perasaanku setelah pertama kali triping. Ops.. Rupanya mereka tahu
kalau aku pendatang baru. Meskipun agak malu, aku berusaha bersikap
ramah pada mereka karena mereka adalah teman-teman Ling. Aku katakan
bahwa aku sangat suka dan ingin ikut pesta lagi lain kali. Mereka
tertawa-tawa mendengar jawabanku yang begitu jujur dan terus terang.
Teman-teman Ling sungguh menyenangkan. Meski umur mereka berkisar 24-25
tahun, namun mereka tidak membosankan. Aku pikir orang umur segitu
akan mulai tampil serius dan menjemukan. Namun nyatanya mereka tidak
seperti itu. Mereka suka bergurau dan melucu. Antar teman masih suka
meledek dan saling mentertawakan. Tingkah laku mereka saat dugem
seperti masih mahasiswa saja.
Selesai membereskan tagihan, kami saling berpamitan pulang. Martin dan
Sandy mengantar kami kerumah Ling. Kali ini aku dan Ling duduk di
bangku belakang. Aku baru merasa kalau tubuhku lemas. Rasanya ingin
tiduran di tempat tidur. Kulihat dari jendela mobil hari mulai terang.
Sudah pukul 5.30 ketika kami meninggalkan diskotik.
Selama perjalanan pulang hatiku campur aduk memikirkan diriku sendiri.
Sungguh suatu ironi saat berpapasan dengan serombongan orang sedang
joging di hari minggu pagi yang indah ini. Berpapasan dengan penjual
sayur yang siap berkeliling menawarkan dagangannya. Berpapasan dengan
orang-orang yang hendak beribadah ke gereja. Bandingkan dengan diriku
yang jadi pengguna narkoba. Bersenang-senang hingga pagi hari.
Berdandan seronok dan berpelukan mesra dengan cowoq yang bukan pacarku.
Dikelilingi asap rokok dan gelas berisi minuman keras. Sungguh tragis!
Aku agak menyesali keadaanku sekarang.
Namun penyesalan itu hanya datang sesaat saja. Detik berikutnya ketika
Martin dan Sandy menceritakan tentang berbagai jenis inex dan efeknya,
variasi cara meminumnya dan tempat-tempat yang asyik, aku jadi tergoda
lagi. Aku antusias bertanya pada mereka tentang segala hal. Martin dan
Sandy kelihatan senang akan rasa ketertarikanku dan berjanji akan
mengajakku lagi. Menurut mereka, aku terlihat sangat gembira dan begitu
antusias. Sehingga tidak rugi mereka menghabiskan banyak uang untukku.
Aku baru tahu kalau mereka punya kebiasaan tidak membebankan biaya
apapun pada ceweq yang ikut pesta mereka. Bahkan mereka sesumbar pada
Ling dan pada ceweq-ceweq lain kalau punya teman ceweq yang suka
triping silahkan dibawa sebanyak apapun mereka. Pokoknya hanya ceweq.
Tidak boleh membawa teman cowoq. Edan, pikirku! Emang dasar mata
keranjang semua!
Mereka cowoq bertujuh memang suka bersenang-senang di diskotik. Minimal
seminggu sekali menyewa VIP room. Kalau tidak minum ya triping sampai
pagi. Persahabatan mereka juga sangat erat sebab mereka adalah teman
sejak SD. Dari mereka bertujuh hanya dua orang yang sudah punya pacar
sungguhan. Lainnya masih single.
Mereka bergantian membayar. Namun yang paling sering membayar adalah
Martin dan Sandy. Dari kelakuan mereka bisa tampak siapa yang sering
jadi bosnya. Martin adalah seorang pengusaha muda yang cukup berhasil.
Di usianya yang baru 25 tahun dia sudah memiliki rumah dan mobil
sendiri. Sedangkan Sandy adalah anak orang kaya. Papanya memiliki
beberapa perusahaan yang cukup untuk membiayai Sandy dan adik-adiknya
sampai tua. Selain Sandy dan Martin, lainnya hanya pegawai swasta dan
mahasiswa.
Sampai di rumah Ling, aku tidak bisa tidur meski badanku terasa lemas.
Aku masih merasa kedinginan. Aku lihat Ling dengan santainya berganti
pakaian, mencuci muka, sikat gigi dan membuat dua gelas susu. Ling
menyuruhku untuk minum susu untuk menghilangkan pengaruh inex. Sehabis
minum segelas susu panas badanku jadi terasa lebih enak. Namun aku
masih tak bisa tidur sampai jam tujuh pagi.
Baru tidur dua jam, kira-kira jam sembilan aku sudah terjaga. Mataku
terbuka lebar seperti habis tidur dua belas jam. Kulihat Ling juga
sudah bangun. Ling memberiku air kelapa muda. Aku menurut saja apa yang
Ling berikan padaku. Aku merasa badanku lemas ingin tidur, namun
mataku tetap terbuka lebar. Aku juga tidak merasa lapar. Biasanya jam
setengah tujuh pagi aku sarapan. Sekarang sudah jam sepuluh tapi belum
terasa lapar sedikit pun. Akhirnya tengah hari kupaksa makan meskipun
sedikit. Aku baru tahu kalau sehabis menelan inex, jadi sulit tidur dan
tidak mudah lapar. Ditambah satu lagi, panas dalam! Bibirku
pecah-pecah dan tanggorokanku kering. Aku langsung minum obat panas
dalam dan minum air putih sebanyak-banyaknya.
Selama seharian aku dan Ling yang sama-sama kurang tidur membahas
tentang inex, dunia malam dan perilaku kelompok Ling. Aku baru tahu
kalau inex itu sebenarnya obat diet. Dapat mengurangi napsu makan namun
penggunanya tidak akan merasa lelah. Jadi memberi efek semacam doping.
Tetapi bila dikonsumsi melebihi dosisnya bisa menimbulkan rasa senang
dan gairah yang berlebihan. Selama inex masih berpengaruh, kita bisa
terus triping tanpa lelah meskipun sebenarnya sudah melampaui batas
kemampuan tubuh kita. Saat pengaruh obat itu hilang, kita baru
merasakan kelelahan yang luar biasa!
Sebagai perbandingan, aku aerobic satu jam saja sudah cukup lelah. Bila
diberi setengah tablet inex, aku bisa bergoyang selama kurang lebih
empat jam tanpa henti. Itu berarti aku melampaui batas kemampuanku
sendiri tiga kali lipat. Ling pernah bercerita bahwa temannya pernah
over dosis akibat seminggu berturut-turut triping dengan dosis
maksimum! Untung nyawanya bisa diselamatkan. Benar-benar edan!
Pergaulan Ling dengan teman-temannya cenderung agak bebas. Mereka biasa
berganti-ganti pacar sesuka mereka. Sandy adalah pacar Ling saat
dugem. Diluar jam dugem, Ling berhak pacaran dengan cowoq lain. Begitu
juga Sandy. Hal seperti itu sudah biasa dalam kelompok dugem mereka.
Tidak ada ikatan maupun hubungan serius selama di tempat dugem. Dalam
diskotik Ling dan Sandy bisa berpelukan, berciuman dan bahkan 'making
love' kalau mau. Menurut Ling, mereka pernah ML di VIP room K diskotik.
Di sana VIP roomnya lebih mewah dan disediakan bathup untuk mandi.
Aku bertanya pada Ling, apakah tidak menyesal setelah itu. Lalu Ling
bercerita sambil tersenyum malu. Setelah ML, semalaman Ling memang
menangis sampai matanya sembab dan suaranya habis. Namun besoknya saat
Sandy datang menghibur, merayunya habis-habisan, dan akhirnya mengajak
bersetubuh lagi dengan gaya yang berbeda-beda, penyesalan itu mendadak
hilang dengan sendirinya. Sejak saat itu, Sandy menjadi partner ML tetap
Ling. Apalagi menurut Ling, dia adalah ceweq yang hyper dan mudah
terangsang. Kalau lagi kepingin, dia akan menelpon Sandy agar menginap
di rumahnya. Kini dia sudah tidak ambil pusing dengan keperawanannya.
Aku tertawa mendengar gaya ceritanya yang santai. Ling berkata padaku
agar aku tidak meniru jejaknya dan mempertahankan keperawananku selama
aku belum dewasa.
Aku agak trenyuh melihat sahabatku ini. Diusianya yang masih semuda ini
dia sudah kehilangan keperawanannya dan menjadi pengguna narkoba.
Sekarang sudah lumayan hanya satu jenis yang digunakan. Dari ceritanya
dia telah menggunakan SS, ptw, BS dan lainnya sejak kelas dua SMP!
Malam itu penyesalan dan keprihatinan boleh datang. Malam-malam
berikutnya kami jadi semakin liar. Aku sudah tidak ambil pusing dengan
segala efek samping yang diakibatkan. Aku berangkat seminggu empat
kali. Sabtu berangkat, minggu berangkat lagi, lalu selasa, lalu jumat,
sabtu lagi dan seterusnya. Aku menaikkan dosis inex menjadi satu
tablet.
Aku dan Martin juga semakin liar. Aku sudah lupa dengan Andrew yang
masih sibuk berkutat di Jakarta mengurus kepindahannya ke Amerika.
Suatu malam kami berempat merencanakan untuk triping di rumah Sandy.
Sandy memiliki ruang kedap suara yang didesign mirip VIP room di
basement rumahnya. Lengkap dengan mini bar dan meja bilyard. Aku takjub
saat melihat sendiri kemewahan 'VIP room'nya. Wah, Sandy benar-benar
anak orang kaya pikirku.
Ini pertama kali aku diajak triping bukan di diskotik. Kami mulai sejak
pukul delapan malam. Setelah makan malam, kami berkaraoke sejenak
sambil minum-minum. Aku sudah mulai bisa minum minuman keras. Padahal
dulu aku mencium baunya saja sudah tidak tahan. Tapi sejak aku mengenal
dugem, aku mulai bisa minum meski tidak sekuat Ling. Terus terang
saja, dibanding mabuk, aku lebih suka triping. Kalau mabuk akibatnya
pusing dan besoknya lupa kesenangan apa yang kita alami. Kalau triping,
pulangnya aku akan membawa kesenangan yang jauh lebih mengasyikan.
Aku sudah tidak tahan ingin segera triping. Aku paksa mereka mulai
sekarang. Awalnya mereka keberatan karena masih terlalu pagi. Namun
melihat aku mulai cemberut dan diam saja, mereka menuruti aku. Aku
memang anggota baru yang paling disayang oleh mereka. Keinginanku
biasanya selalu dituruti. Karena malam masih sangat panjang, maka aku
minum satu dulu. Setelah lewat tengah malam baru aku tambah lagi
setengah.
Sebagai pemanasan menunggu on, aku bermesraan dengan Martin sambil
berdansa pelan. Malam ini Martin terlihat romantis sekali. Berkali-kali
dia memuji kecantikanku dan kebaikanku. Kubiarkan Martin
bermanja-manja padaku. Kusuapi dengan buah-buahan, kutuangkan minuman,
kunyalakan rokoknya. Bahkan kubiarkan dia meraba-raba tubuhku.
Martin memulainya dengan memelukku dari belakang dan mengelus-elus
bagian dalam pahaku. Rasanya geli sekali! Kemudian dia meraba perut dan
dadaku. Aku memang sengaja diam saja. Martin tampak seperti menikmati
setiap inci permukaan kulitku yang disentuhnya. Aku diperlakukan dengan
sangat lembut. Dia tidak meremas-remas payudaraku seperti yang sering
dilakukan Andrew kalau sedang gemas. Dia hanya menyentuh dan mengelus
buah dadaku dengan perlahan. Aku memejamkan mata menikmati belaian
tangannya. Begitu panas membara.
Rupanya aku dan Martin terlalu banyak minum minuman beralkohol. Aku
merasa wajahku panas dan kepalaku agak pusing. Lalu kami berciuman
lamaa.. sekali sampai aku jadi terangsang. Aku sudah lama tidak
orgasme. Keromatisan dan kelembutan Martin saat itu membuat diriku
terlena.
Ketika Martin minta aku membuka pakaianku, entah kenapa, aku
menurutinya. Aku begitu ingin membahagiakan dirinya dengan menuruti
permintaanya. Aku membuka atasanku dan kukalungkan di lehernya. Lalu
aku duduk di pangkuannya. Kuperlihatkan dadaku yang terbungkus bra
coklat muda tepat didepan wajahnya. Martin menatap kedua payudaraku dan
menciumnya sekilas. Aku tergelitik untuk menggodanya lebih lanjut.
Kuturunkan celana jeansku perlahan-lahan sambil menggoyangkan pinggulku.
Martin ternganga melihat pinggulku yang terbungkus triumph mini coklat
transparan bergoyang goyang dihadapannya. Aku berputar membelakanginya
lalu nungging. Kugerakkan perlahan pantatku ke kiri dan ke kanan tepat
didepan wajahnya. Martin memegang pantatku dan menciumnya bergantian.
Sandy bertepuk tangan dari seberang ruangan dan menantang agar Ling
turut membuka pakaiannya. Ling tidak mau kalah, dia membuka baju dan
celananya sekaligus lalu duduk di pangkuan Sandy. Wah, pasti akan
terjadi peperangan dashyat! Aku sudah sering melihat kelakuan liar
mereka berdua saat on berat. Maka aku mengajak Martin ke kamar mandi
agar kami bisa lebih leluasa.
Dalam kamar mandi itu, kami berciuman dengan hangat. Martin memelukku
dan tangannya melepas kait braku. Aku agak malu dan menahan agar braku
tidak melorot. Tapi Martin tidak menyerah. Dengan nakalnya dia malah
menurunkan celana dalamku sampai bawah. Aku ingin menahan dengan
tanganku tapi kalah cepat. Aku memukul bahunya dengan gemas lalu
tertawa. Aku tidak merasa malu. Aku malah penasaran ingin tahu reaksi
Martin ketika melihatku telanjang. Martin memandangi tubuhku dengan
takjub. Ini pertama kali dia melihat seluruh tubuhku tanpa pakaian
sehelai pun. Aku jadi semakin berani dan liar dipandangi seperti itu.
Kubuka T-shirt Martin dan kuraba tubuhnya yang kekar. Kuelus wajahnya
dan kucium mulutnya dengan ganas.
Martin membalas ciumanku sambil memegang buah dadaku. Telapak tangannya
sedingin es. Rupanya dia mulai on. Aku merasa putingku geli sekali.
Kubiarkan dia menjilati putingku sambil meremas-remas buah dadaku.
Martin sungguh berpengalaman! Entah apa ini karena pengaruh inex
ataukah memang Martin yang hebat. Dia bisa menimbulkan sensasi yang
luar biasa hanya dengan merangsang buah dadaku. Apalagi ketika
tangannya turun melewati perutku dan mengelus bulu kemaluanku. Rasanya
tubuhku bergetar hebat. Aku jadi lupa diri. Kurasakan jemarinya yang
besar itu mulai meraba daerah klitorisku dan membelah bibir vaginaku.
Tanpa terduga, Martin membisiki aku, "Kata Ling kamu masih perawan ya?"
Aku terkejut mendengar perkataannya dan secara reflex menjauhinya. Lalu
Martin tertawa dan menggoda agar aku tidak kuatir. Martin menceritakan
kalau Ling sudah memperingati semua cowoq di kelompok ini agar jangan
sampai ada yang berani menodai diriku. Bila sampai terjadi, Ling akan
mengajakku meninggalkan kelompok ini. Martin mengatakan padaku bahwa
dirinya juga tidak tega untuk memperdaya seorang ceweq semuda aku. Dia
mengaku hanya ML pada ceweq yang memang benar-benar ingin. Bukan pada
ceweq yang terbawa suasana gembira seperti aku.
Aku jadi agak lega mendengar perkataan Martin yang terkesan 'bijaksana'
itu. Memang aku masih sangat muda dibandingkan dirinya. Tiba-tiba aku
sadar kalau aku telanjang bulat dihadapan Martin yang masih
'berpakaian'. Aku membalikkan tubuhku seraya menutupi buah dadaku.
Mendadak aku merasa malu. Apa memang aku terbawa suasana sehingga
melakukan tindakan seperti ini tanpa merasa malu sedikit pun? Bahkan
aku mungkin akan membiarkan Martin menyetubuhi aku bila keadaan tadi
dibiarkan. Wah, akal sehatku mulai terganggu nih!
Kemudian Martin memelukku dari belakang dan menciumi leher dan belakang
telingaku. Aku jadi mulai terangsang lagi. Habis ciumannya benar-benar
luar biasa! Begitu lembut dan menggairahkan. Dia menjilati punggungku
dari atas sampai bawah. Bahkan kedua pantatkupun dijilati olehnya. Aku
makin terangsang ketika tangannya menyusup kebalik tanganku dan
memegang kedua payudaraku. Aku merasakan kenikmatan yang menghanyutkan.
Ciuman dan remasan pada buah dadaku membuat diriku melayang-layang.
Martin ingin membuatku orgasme rupanya! Dia meraba-raba dan menggelitik
vaginaku dengan pola gerakan yang aneh namun menghanyutkan. Aku merasa
geli sampai tubuhku mengejang-ngejang. Dibanding Martin, Andrew kalah
jauh. Martin bisa menggelitik vaginaku sambil mulutnya menciumi puting
susuku bergantian. Benar-benar luar biasa!
Lalu Martin minta ijin mencium vaginaku. Tentu saja aku mengijinkan
dengan senang hati. Aku duduk di atas wastafel dan kubuka kakiku
lebar-lebar. Martin tampak kagum melihat posisiku saat ini. Matanya
bersinar-sinar nakal. Dia melihati aku terus menerus dari atas ke bawah
sampai aku merasa risih. Aku berpura-pura mengatupkan kakiku dan
menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku. Dengan cepat Martin
mencegah dan mulai mendekatkan mulutnya pada vaginaku. Hatiku
berdebar-debar menantikan serangannya. Sedetik kemudian aku melenguh
panjang sekali. Martin benar-benar hebat! Sangat hebat! Andrew tidak
ada apa-apanya! Lidahnya menari-nari menjelajahi seluruh permukaan
kemaluanku disertai kombinasi sedotan mulutnya yang kuat. Berbagai cara
oral seks yang pernah kulihat di film BF dipraktekan pada kemaluanku.
Membuat diriku tak berdaya menghadapi serangannya.
Tak lama kemudian aku orgasme. Aku terengah-engah dan menyandarkan
diriku pada dinding kamar mandi. Tubuhku lemas sekali rasanya. Martin
menggodaku dengan bertanya bagaimana rasanya orgasme. Aku tertegun
sejenak mendengar pertanyaannya. Kemudian aku baru sadar kalau Martin
tidak tahu aku sering peting dengan Andrew sampai orgasme. Dipikirnya
ini pertama kali aku orgasme. Wah, Martin tampak sudah menunggu jawaban
yang memuaskan dariku. Agar tidak mengecewakan Martin yang sudah
berbangga hati dan berwajah 'pongah' dihadapanku, aku memuji-muji
kehebatannya dalam memuaskan aku. Hihihi.
Kemudian Martin menggendongku dari meja wastafel. Tak kusangka Martin
membawaku masuk ke dalam ruangan lagi! Padahal aku masih telanjang
bulat! Aku meronta-ronta minta diturunkan. Namun Martin tetap
menggendongku masuk sambil tertawa-tawa. Sialan Martin! Ada Sandy dan
Ling di dalam. Mereka akan melihatku telanjang! Aku memalingkan wajah
dan kusembunyikan dileher Martin. Aku merasa malu sekali! Namun aku
juga merasa tegang. Tegang ingin tahu bagaimana reaksi Sandy melihat
tubuhku yang telanjang ini.
Martin tertawa menyadari aku menyembunyikan wajah di lehernya. Dia
masih menggendongku saat berkata untuk melihat Ling dan Sandy. Aku
menengok kearah tempat duduk mereka dan terkejut melihat mereka. Ya
ampun, Sandy dan Ling sedang ML di sofa! Meskipun lampu diredupkan,
namun aku masih dapat melihat perbuatan mereka. Sandy duduk
bertelanjang dada dengan celana sedikit melorot. Sedangkan Ling, dalam
keadaan bertelanjang bulat dia menduduki penis Sandy sambil
menggoyang-goyangkan pinggulnya naik turun. Ling memejamkan mata sambil
mendesah desah dengan keras. Sandy yang pandangannya ke arah kami
tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. Ling kemudian menoleh dan
tersenyum sekilas pada kami, lalu kembali meneruskan gerakan pinggulnya.
Aku masih takjub melihat mereka yang bertindak seliar itu. Aku tak
dapat mencegah mataku untuk melihat mereka terus. Aku belum pernah
melihat orang ML secara nyata dihadapanku. Apalagi ini temanku sendiri.
Aku jadi makin penasaran bagaimana rasanya kalau penis dimasukan ke
vaginaku. Seenak itukah? Ling tampak merasakan kenikmatan yang luar
biasa! Ling bahkan tidak merasa malu dilihat oleh kami sedang
bersenggama.
Beberapa saat kemudian kudengar Ling orgasme dan disusul oleh Sandy.
Aku lihat Ling lemas dan ambruk di pangkuan Sandy. Sandy pun juga
merasa lemas dan goyangannya melambat kemudian terhenti sama sekali.
Mereka berpelukan dan saling menggoda. Lalu tertawa cekikikan dan
berciuman panjang. Mereka terlihat bahagiaa.. sekali. Membuat aku makin
penasaran.
Martin menurunkan aku di sofa kemudian memberikan T-shirtnya untuk
kupakai. Aku memakai T-shirtnya tanpa menggunakan bra dan celana
dalamku. Aku pikir supaya mudah bila Martin ingin peting lagi. Lalu dia
memberiku segelas kratingdaeng dingin. Badanku terasa segar saat
minuman dingin itu membasahi tenggorokanku. Kemudian badanku sudah
kembali bersemangat. Bahkan jauh lebih bersemangat dari yang tadi. Aku
rasa aku mulai on. Martin mengajakku bangkit dan mulai goyang bersama.
Martin sudah mulai tampak kencang. Aku pun juga mulai kencang.
Lagu-lagu house music koleksi Sandy benar-benar hebat dan lengkap.
Bahkan lagu terbaru favoritku I Hide U juga dimilikinya!
Ruangan yang semula sangat dingin berubah jadi panas. Meski aku berdiri
tepat di bawah AC, aku tetap merasa kepanasan. Keningku mulai
berpeluh. Aku rasa aku lebih kencang dari biasanya. Aku menggoyangkan
kepala dan tubuhku sekeras mungkin sampai Martin takut aku salah urat.
Mungkin benar mitos yang beredar bahwa triping jadi lebih enak setelah
orgasme.
Kemudian Ling dan Sandy menyusul kami. Ling masih belum mengenakan
pakaiannya sama sekali. Alasannya karena panas. Sandy dan Martin
tertawa mengejek dan menggoda Ling. Sebab menurut mereka kalau hanya
mereka bertiga biasanya Ling memang suka striptease. Aku agak salah
tingkah ketika Sandy melihati tubuhku dengan pandangan nakal. Ada
perasaan senang berdesir di hati saat Sandy memuji kecantikan wajahku
dan keindahan tubuhku. Martin rupanya segera tanggap dan mengajak Sandy
bertukar tempat.
Kini Sandy berada tepat dihadapanku. Aku agak sungkan karena belum
pernah berpasangan dengan Sandy. Aku tersenyum semanis mungkin padanya
untuk menghilangkan kekakuan. Lalu dia bertepuk tangan menyemangatiku
agar aku menari semakin hot. Secara tak sadar aku menaikkan kedua
tanganku dan memejamkan mata. Begitu mataku terbuka, aku sadar kalau
Sandy sedang berjongkok dihadapanku sambil melihati kemaluanku yang
tidak tertutup apa-apa. Rupanya T-shirt Martin terangkat ketika aku
mengangkat kedua tanganku.
Aku menjerit gemas melihat tingkahnya dan mulai mengejarnya. Sandy
bangkit menghindari seranganku sambil tertawa-tawa. Suasana jadi cair
seketika. Lalu Sandy memelukku agar aku tenang dan menghentikan
seranganku padanya. Ternyata itu hanya akal-akalannya. Setelah aku
sedikit tenang dalam pelukannya, Sandy meremas pantatku yang telanjang
sampai aku menjerit lagi. Sialan benar! Sandy memang suka melecehkan
aku. Habis aku digodanya malam itu. Aku memeluknya dengan sayang dan
mencium kedua pipinya.
Aku masih agak sungkan pada Martin dan Ling kalau aku terlalu mesra
pada Sandy. Bagaimana pun juga Sandy biasanya selalu bersama Ling,
sedangkan Martin bersamaku. Namun begitu aku tahu Ling dan Martin malah
sudah berciuman dan saling meremas-remas, aku jadi tidak merasa risih
lagi. Aku jadi tidak berpikir apa-apa. Sambil triping, kupeluk tubuh
Sandy dan kuciumi leher, pipi dan bibirnya. Sandy membalas sambil
memelukku dengan mesra. Malam itu partner tripingku adalah Sandy.
Sempat kulihat Martin dan Ling masuk ke kamar mandi. Aku tahu mereka
pasti melakukan 'itu' didalam. Namun aku tidak merasa cemburu. Bahkan
aku sempat berpikir toh aku beruntung tidak perlu memuaskan Martin yang
berarti kehilangan keperawananku. Egois juga aku ya?
Malam itu kami triping sampai jam 6 pagi. Aku habis dua setengah tablet
inex plus beberapa shoot minuman. Ling teler berat di sofa. Dia minum
terlalu banyak sampai badannya panas dan wajahnya merah. Sedangkan
Martin masih sibuk menghabiskan minumannya sambil mengoceh tak karuan.
Aku membantu Sandy mengenakan pakaian Ling yang tercecer dimana-mana.
Sandy terlihat paling sadar diantara kami. Dia memang tidak terlalu
suka minum. Akhirnya tinggal aku dan Sandy yang tidak bisa tidur sampai
jam sepuluh pagi. Kami tidur-tiduran di kamar Sandy sambil ngobrol
sampai akhirnya terlelap.
Itu terakhir kali aku triping sampai aku menulis cerita ini. Sungguh
suatu perubahan baru dalam hidupku. Perubahan yang sangat mendadak.
Rasanya sebulan yang lalu aku masih belum mengenal narkoba. Saat aku
menulis ini, aku sudah triping kira-kira lima belas kali. Benar kata
Ling, kita bukannya ketagihan inex seperti yang ditakutkan, namun
ketagihan perasaan senang seperti itu lagi. Kesenangan saat berpesta
bersama teman-teman dalam VIP room. Melihat tingkah laku teman-teman
Ling yang lucu-lucu.
Perubahan yang paling menyolok adalah, aku jadi suka mengoleksi
lagu-lagu house music. Beberapa kali aku ke pasar atom untuk berburu
koleksi CD house music terbaru. Mamaku sempat bertanya, namun kuberi
alasan untuk latihan aerobicku. Jadi mama tidak curiga lagi. Gaya
berpakaianku juga berubah jadi makin modis dan seksi. Soalnya malu dong
kalau ke KW diskotik menggunakan busana yang 'biasa-biasa' saja. Di
sana tempat berkumpulnya anak muda Surabaya yang keren-keren. Kalau aku
tidak tampil super trendy, bisa kalah pamor dong.
Saat ini aku masih senang-senangnya. Dalam seminggu aku bisa tiga
sampai empat kali ke diskotik. Ada tiga tempat favoritku. Hari Sabtu
pasti di KW diskotik, hari Minggu siang BO diskotik, kemudian K
diskotik untuk hari-hari biasa.
Aku dan Ling tidak selalu triping bersama kelompok Sandy. Kadang kami
ke KW diskotik bersama teman-teman sekolah Ling. Tapi tidak di VIP
room. Melainkan di Hall berbaur bersama pengunjung lain yang rata-rata
masih ABG. Ramai sekali memang. Tapi asyik. Kalau pas lagunya enak,
semua akan mengangkat tangan dan berteriak bersama. Lalu goyang lagi.
Wih, pokoknya seru habis! Apalagi bisa ngeceng sama cowoq-cowoq keren
yang lagi triping. Mereka biasanya suka mengajak kenalan pada ceweq
yang goyangnya keras. Dari KW aku jadi punya banyak kenalan baru.
Sekarang aku punya banyak teman sehingga tidak kesepian lagi.
Kalau di BO diskotik, kami pergi bersama geng ceweq Ling yang tidak
boleh keluar malam. Kami ke sana jam tiga sore, pulangnya jam sembilan
malam. Sebenarnya aku kurang senang di sana meski pengunjungnya
kebanyakan seusiaku. Soalnya tempatnya terlalu kecil dan kamar mandinya
jorok.
K diskotik adalah tempat favorit kelompok Sandy. Kalau di K diskotik,
aku malas berbaur dengan pengunjung lain. Sebab yang kesana rata-rata
sudah dewasa. Bahkan ada yang sudah agak tua! Paling-paling aku hanya
triping di dalam VIP room dan tidak ke mana-mana. Sebab aku pernah
bertemu teman papaku disana waktu aku jalan-jalan ke Hallnya. Untung
dia tidak melihatku. Kalau papaku tahu aku disana bisa gawat! Malah
Martin dengan santainya nyeletuk, bisa-bisa papaku juga sedang
bersenang-senang di sana. Waduh, itu lebih gawat lagi!
Ling berjanji akan mengajakku ke Jakarta saat liburan akhir tahun ini.
Aku akan diajak ke M diskotik. Diskotik paling ngetop di Jakarta. Aku
pasti kagum melihat cowoq-cowoq keren disana. Ling sudah pernah kesana
sekali saat menghadiri pesta pernikahan temannya. Dan dia benar-benar
tidak bisa melupakan kehebatannya. Baik kehebatan suasananya,
kemegahannya, audionya maupun pengunjungnya. Jadi, bikin penasaran
saja.
Yang agak kusesali, aku jadi suka membohongi orang tuaku untuk pergi ke
tempat-tempat dugem. Selama ini aku selalu memberi alasan menginap
dirumah Ling. Aku tak tahu apakah bisa terus berbohong seperti ini.
Jujur saja aku sungguh sangaat menikmati 'hobi' baruku ini. Namun
kadang kala hati kecilku berontak ingin agar aku berhenti atau paling
tidak mengurangi. Entahlah kita lihat saja kelanjutannya..
E N D
-------------------------------------------------------------------------------------
mieske, gadis manis
Para pembaca yang budiman. Ini satu lagi cerita pengalamanku semasa
kuliah di Jakata, kenalan, jatuh cinta, pacaran yang lembut dan
bercinta yang amat mengesankan. Semoga anda semua dapat menikmatinya
dengan senang.
Tahun 1972. Dua tahun sudah aku menginjak bangku kuliah fakultas teknik
Mesin di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Berkawan
dengan teman-teman kuliah satu angkatan semua jurusan yang ada dengan
segala kelebihan dan kekurangannya disertai pesta, camping dan diakhiri
pacaran dengan cewek-ceweknya yang rata-rata cantik dan seksi
merupakan bagian dari kehidupan kampus. Aku mempunyai group atau
kelompok teman-teman seangkatan dari jurusan teknik, antara lain Mesin,
Sipil, Arsitek dan Elektro. Diantaranya Aryono dan Tonny, kami bertiga
mempunyai ikatan persahabatan yang erat bagaikan saudara kandung,
sampai pada kegiatan mendaki gunung Gede, Pangrango di Cimacan terus ke
gunung Slamet di Cirebon.
Kami bertiga pada umumnya, akhir minggu keempat, setiap akhir bulan,
naik ke gunung Gede (Pangrango). Pulangnya hampir dipastikan lewat
Sukabumi dan menginap satu malam di penginapan yang murah dan biasanya
mencari cewek-cewek manis di Sukabumi yang berakhir dengan pelampiasan
nafsu seks kami bertiga. Untuk mendapatkan cewek-cewek Sukabumi, pada
saat itu sedang In atau Ngetrend khususnya kalau yang mencari
cowok-cowok Jakarta, pasti dapat. Di sini yang ingin kuceritakan adalah
salah satu pengalamanku yang lain yang tidak akan kulupakan seumur
hidup.
Bermula dengan persahabatan kami bertiga yang membuat Tonny berkenalan
dengan adiknya Aryono, bernama Aryani. Akhirnya mereka pacaran dengan
hebat (dari ujung rambut sampai ke ujung kaki). Aryani pada saat itu
baru naik kelas 3 SMP, jadi masih segar-segarnya suka sama cowok
mahasiswa, si Tonny ini. Aku belum punya pacar tetap dan seperti
biasanya, kencan kesana kemari dengan teman-teman cewek di kampus
sampai sebatas cium-ciuman dan pegang-pegang saja (petting). ML (Making
Love) pun akhirnya sama cewek-cewek tertentu saja yang dari lain
almamater. Satu waktu, entah mereka bertiga Aryono, Tonny dan Aryani,
mungkin sudah merencanakan untuk menjodohkan aku dengan salah satu
teman sekolah Aryani, tepat pada saat pesta ulang tahun temannya itu.
Kami berempat datang pada malam acara pesta ulang tahun tersebut ke
rumah teman Aryani. Setiba kami di sana, aku diperkenalkan kepada yang
berulang tahun.
"Mas Adit," kata Aryani kepadaku, "Kenalin, ini temanku Meiske, yang berulang tahun." sambungnya lagi.
Begitu aku melihat dengan siapa aku diperkenalkan, sambil memberi
tanganku untuk bersalaman, di depanku berdiri gadis yang tingginya
lebih kurang 3 cm lebih pendek dari aku (173 cm), berkulit putih,
matanya coklat tua berbinar dengan bibir yang amat sensual serta rambut
hitam panjang sebahu, kontras dengan lehernya yang putih dan jenjang
itu. Dan terlebih-lebih, tanpa disadari, mataku turun melihat
pakaiannya, rok dan blus yang formal and casual dengan kancing terbuka
sampai sebatas dadanya.
"Dadanya.. oh Tuhan.. betapa cantiknya makhluk yang engkau hadapkan
padaku malam ini. Ini wanita dewasa apa anak kelas 3 SMP?" dalam
hatiku.
Kalau aku boleh membandingkan Meiske dengan bintang film atau sinetron
zaman sekarang, Meiske mirip dengan Monica Oemardi (tidak terlalu
extreem kan).
Terus terang para pembaca yang budiman, aku tertegun sampai Tonny
menepuk pundakku sambil berkata, "Hey.. ngomong dong.. selamat ulang
tahun kek.. I Love You kek.. I want to kiss you kek..."
Aku terkejut dan sadar, mereka bertiga tertawa, Meiske tersenyum malu
dan terasa ingin melepaskan genggaman tanganku, dengan cepat kusadari
dan aku berkata, "Maaf.. happy birthday Meis, saya Adhitya, dan.. maaf
lagi saya ngga bawa apa-apa."
"Oh yaa.. ngga apa-apa, Mas-mas sama Yani udah pada datang aja, saya udah cukup senang, yok masuk!" katanya lagi.
Kami berlima masuk, dan seperti kebiasaanku apabila berkenalan dengan
teman baru, aku terus mencari orang tuanya, juga berkenalan, biasa
deh.. cari dukungan utama dari orang tua.
Malam pesta ulang tahun berakhir dengan gembira dan tentunya bagiku
sendiri bisa berkenalan dengan gadis yang menjadi idamanku yaitu,
cantik, tinggi, putih dan yang terlebih penting adalah dadanya yang
besar dan montok. Kuketahui belakangan ternyata ukurannya 36C.
"Woooww! Lagi-lagi.. ini anak SMP atau wanita dewasa sih?" dalam hatiku bertanya.
Begitulah setelah perkenalanku pada malam pesta ulang tahunnya Meiske.
Aku jadi sering wakuncar (wajib kunjung pacar) ke rumahnya dibilangan
Jakarta Pusat. Kemudian aku juga mengetahui bahwa ayahnya seorang ABRI,
kimpoi dengan ibunya seorang wanita keturunan Portugis, jadi pantas
saja, Meiske mempunyai perawakan seperti di awal ceritaku.
Kami berdua sering jalan-jalan atau berempat dengan Tony dan Aryani
pada saat libur atau malam minggu. Untuk hal ini, Aryono tidak ikut
karena ceweknya lain aliran dengan Aryani dan Meiske saat itu. Reaksi
teman-teman kuliah pada saat itu yang tahu aku pacaran sama anak SMP,
bukan main hebohnya.
"Hey Dhit, tau diri donk.. elu kan udah tua, mahasiswa lagi.. masa elu
mau pacaran dan ngebodohin anak kecil? Masih SMP lagi! Emangnya kagak
ada cewek yang gedean dikit?" begitulah komentar mereka.
Aku tidak memberi reaksi banyak, paling tidak hanya tersenyum sambil
menunjukkan kepalan tanganku dengan posisi jari telunjuk ke atas sambil
berkata kepada mereka, "Fuck you, man!"
Aku memanggilnya dengan Meis dan dia memanggilku dengan Mas Adit.
Awalnya, kami berdua pacaran seperti biasanya. Karena aku jauh lebih
dewasa dari Meiske, jadi aku lebih banyak mengajari dan melindungi
Meiske. Sampai-sampai waktu pertama kali aku cium bibirnya, dia masih
lugu. Hal ini terjadi pada saat kami pacaran di belakang rumahnya yang
mempunyai halaman serta kebun yang lumayan luas. Malam Minggu, kami
duduk berdampingan di kursi, kulingkarkan tangan kiriku kepundaknya,
dia merebahkan kepalanya ke dadaku.
Kuraba dengan lembut pipinya dan berkata, "Meis.."
"Hmmm.. apa Mas Adit?" jawabnya perlahan.
"Kamu tahu ngga bahwa aku sayang kamu.." aku berkata lagi.
Kepalanya diangkat dari pundakku sambil memandangku dengan matanya yang
bulat dan berbinar-binar sayu. Tanpa kusadari, wajah kami saling
mendekat dan terasa nafas kami yang agak memburu.Kusentuh pipinya
dengan kedua telapak tanganku. Kukecup keningnya dan reaksinya, dia
diam dan waktu kulihat matanya tertutup.
"Meis, aku sayang kamu, Non.." bisikku di depan bibirnya.
"Hmm.. apa Mas?" berbisik jawabnya lagi.
"Aku ingin mencium bibirmu.. boleh ngga?" suaraku kubuat selembut
mungkin dan seyakin mungkin, karena dia tidak bereaksi seperti anak
gadis lainnya kalau kucium keningnya biasanya langsung menyediakan
bibir mereka.
Meiske mengangguk pelan dan memejamkan matanya, menunggu dengan lembut
kukecup bibirnya yang sensual itu, reaksinya sesaat diam. Setelah
beberapa saat, tangannya melingkar di leherku dan kedua tanganku
melingkar di pinggangnya. Kemudian tanpa melepaskan bibirku di
bibirnya, dengan perlahan kuangkat tubuhnya sehingga dia berada di
pangkuanku. Bibirnya yang lembut kukulum dengan erat. Saat kupermainkan,
lidahku masuk ke dalam mulutnya, dia terkejut dan melepaskan bibirnya
sambil berkata pelan.
"Lidahnya mau ngapain Mas..?" tanyanya.
Lugu banget kan ini cewek! Rupanya dia belum mengerti tentang permainan lidah sambil berpagut.
"Meis.. kamu belum tahu kan?" aku berkata dan dia menggeleng pelan.
"Meis, kalau kita kissing saling cinta, bukan hanya bibir ketemu bibir
saja, tapi lidah juga harus main.. Coba kamu rasakan deh.. dan nikmati
yaa..." kataku membujuk halus, dia mengangguk pelan.
"Sekarang, boleh aku cium kamu lagi ngga?" tanyaku dengan lembut.
Meiske hanya mengangguk dan langsung kukecup lagi bibirnya sambil
mempermainkan lidahku dan ternyata reaksinya.. lidahnya ikut main dengan
lidahku dan sementara tanganku mulai meraba-raba punggungnya dengan
lembut, membuat nafasnya Meiske memburu ditengah-tengah kecupan dan
pagutan bibir kami berdua.
Sementara itu, tanganku mulai turun ke arah dadanya. Dia tidak bereaksi
tehadap tanganku yang sudah mengusap susunya yang ternyata, montok dan
memang benar-benar besar dan kenyal. Maklum umurnya masih 15 tahun.
Nafasnya makin memburu tatkala kecupanku turun ke lehernya dan
kugigit-gigit kecil. Rintihan halus mulai keluar juga saat tanganku
masuk ke dalam bajunya setelah kancingnya berhasil kulepaskan satu
persatu tanpa disadarinya. Tanganku terus meraba susunya yang masih
terbungkus BH. Yang kurasakan hanya setengah menutupi susunya yang
besar dan montok serta lembut itu, atau memang BH-nya terlalu kecil
untuk menampung bukit indahnya Meiske yang montok. Bibirku terus
mengecup turun dari leher ke dadanya sementara tanganku bergerilya ke
punggungnya yang akhirnya berhasil melepaskan kaitan BH-nya. Kurasakan
Meiske tersentak pada saat aku berhasil melepaskan BH-nya.
"Mas Adit.. jangaaan.. Maaass..." rintihnya terengah-engah sambil
menunduk melihat ke arah mukaku yang hampir terbenam di antara kedua
susunya yang besar dan montok itu.
Aku melepaskan kecupanku di pangkal dadanya sambil melihat ke arahnya dengan lembut tetapi masih penuh nafsu.
Sambil tersenyum lembut, "Kenapa sayang.. kamu takut yaa..?" tanyaku hati-hati.
"Iya mas..." jawabnya dengan suara bergetar akan tetapi kedua tangan masih tetap memeluk leherku dengan kencang.
"Jangan takut Meis, Mas tahu kamu belum pernah seperti ini, rasakan dan
nikmati saja pelan-pelan." jawabku lagi sambil tanganku tetap membelai
susunya yang putih disertai puting kecilnya yang berwarna merah muda
(pink).
Rupanya dengan gerakan Meiske tersentak itu, BH yang dipakainya
terlepas dari susunya yang montok. Kukecup lagi bibirnya dengan lembut.
Sejenak kusadari bahwa ini adalah hal yang pertama kali Meiske alami
bersama lelaki dewasa seperti aku jadi aku berniat untuk petting dulu
sama dia agar tidak kaget dan terlalu memaksa. Aku takut akibatnya
dapat merugikanku sendiri untuk menikmati tubuh perempuan berdarah
Portugis ini. Demikianlah kejadian demi kejadian yang aku dan Meiske
lakukan, yaitu petting atau French kissing sejak kami pacaran yang
kuajari dia, baik di rumahnya maupun di rumahku dan dengan pasti kami
lakukan pada saat rumah kami berdua dalam keadaan yang memungkinkan.
Sampai satu hari Minggu, aku bisa mengajaknya keluar dari pagi jam
08:00 sampai jam 17:00, atas izin orang tuanya. Kami berdua naik
motorku, Honda CB-100 tahun 70an. Motor seperti ini dan CB-125 lagi
top-topnya berputar-putar keliling Jakarta. Kami makan mie ayam Gang
Kelinci dan berakhir di rumahku yang kebetulan lagi sepi. Orang tuaku
sedang mengunjungi famili di Bandung, kedua kakakku sibuk dengan
urusannya masing-masing dan tinggalah pembantuku bik Inem yang lumayan
sudah 59 tahun umurnya di kamar belakang. Meiske langsung kuajak ke
kamarku, terpisah dari ruang utama cukup jauh. Mungkin karena rasa
kangen yang meluap-luap, begitu masuk ke kamarku, Meiske memelukku
dengan erat dan sepertinya kurasakan dia agak buas. Menciumiku dengan
cara menarikku dengan kasar, sehingga kami terjatuh di atas tempat
tidurku dengan posisi dia berada di atasku.
Padahal, biasanya kalau kami berdua ada kesempatan, ciuman sambil
pegang-pegang, seingatku aku selalu ambil peranan dan dengan lembut
serta very enjoyable bagiku dan Meiske sendiri yang kulihat dia sangat
menikmati permainan petting dariku. Tetapi hari ini aku hampir
kewalahan menghadapi ciumannya yang bertubi-tubi dan kurasakan bahwa
ini bukan ciuman anak SMP lagi, tetapi ciuman wanita yang lagi berahi
tinggi. Menyadari hal tersebut, aku akhirnya mulai memberikan respon
yang tinggi juga. Dengan segera aku membalikkan badanku, sehingga
posisiku berada di atasnya serta kubalas kecupannya dengan gairah
tetapi juga dengan lembut serta gigitan-gigitan kecil di bibirnya,
serta permainan lidah pada saat mengulum bibirnya yang sensual itu.
Sementara tanganku bergerak membuka baju casualnya, seperti biasanya
Meiske sudah tahu kalau kami mau petting, dia selalu pakai baju casual
dengan kancing di depan.
Desahan-desahan kecilnya mulai terdengar bersamaan dengan kecupan dan
gigitan kecilku yang turun ke arah susunya yang besar dan montok itu
sampai aku berhasil menjilati puting susunya yang berwarna merah muda
(pink) bergantian, kiri dan kanan. Desahannya makin menjadi-jadi
sewaktu aku menghisap putingnya yang kecil dan mulai keras disertai
gigitan-gigitan kecil yang menggemaskan dan menikmatkan dia.
"Aduuuuh.. Maaass Adiit!" erangannya sambil mencengkramkan tangannya di kepalaku.
Sementara itu, penisku mulai berontak di balik jeans dan CD-ku.
Cepat-cepat aku membuka zip (ruistzleting) jeansku agar Mr. Penis
Adithya agak leluasa untuk diperbaiki letaknya (daripada terjepit).
Kulepaskan kecupanku dari susunya Meiske yang besar dan aku
memandangnya dengan penuh kasih dan lembut, kukecup bibirnya Meiske.
"Meis sayang, aku ingin membuat kamu jadi milikku seutuhnya, kamu mau kan?"
"Mas Adit, aku mau apa aja yang Mas lakukan untukku.. aku mau Mas.." jawabnya mesra dan nafasnya mulai memburu.
"Meis... aku akan membuat kamu untuk tidak melupakan hubungan kita dan
aku mau kamu tidak seperti anak SMP lagi yaa, mau kan?" kataku lagi
dengan lembut setengah bebisik, dia mengangguk manja.
Sambil berbaring side by side, kukecup bibirnya yang sensual sambil
kubuka habis bajunya. Tanganku yang cukup berpengalaman melepas BH-nya
yang berwarna pink, hal ini membuat penisku tegang (kira-kira 100
volt). Akhirnya terlihat dua bukit keemasannya, susunya yang sekali
lagi, "Alaamaaak.. kok anak SMP bisa punya seperti ini?" dalam hatiku,
putih ,besar, montok dan kenyal dengan putingnya yang kecil berwarna
merah muda (pink). Sejenak aku memandanginya sambil perlahan-lahan
tanganku menjamah, membelai serta mengusap-usap putting yang
menggemaskanku. Meiske tersadar saat aku masih memandang ke arah
susunya dan tiba-tiba dia mengeluh sambil menyusupkan kepalanya di
dadaku yang juga sudah telanjang.
"Maasss.. jangan diliatin terus dong.. Meis kan malu!" katanya perlahan dengan nada manja.
Aku tertawa perlahan sambil memeluknya dengan mesra.
"Malu sama siapa sayang? Sama aku? Iya? Kan yang ngeliatin juga cuma
satu orang kan..?" jawabku tersenyum geli melihat kelakuannya anak SMP
ini.
"Tapi Meis kan tetap aja malu.. soalnya Mas Adit orang laki-laki yang pertama yang lihat Meis ngga pakai BH." katanya lagi.
Kukecup lagi keningnya, terus turun ke matanya yang indah, hidungnya
yang bangir, terus turun ke sudut bibirnya yang sensual, merah merekah
disertai desahan-desahan kecilnya terdengar olehku. Di sana aku
mempermainkan lidahku serta kugigit lembut. Dia menggelinjang dan dengan
tidak sabar dia mengecup bibirku dengan buas, sementara tangannya
mulai mengusap kepalaku, aku pun tidak tinggal diam. Dengan segera
tanganku turun ke susunya yang menjadi kegemaranku bermain, kuraba dan
kuputar-putar putingnya yang mungil. Dia mengerang nikmat.
Tanganku terus turun. Kusibak rok mini (kulot)nya Meiske, terus ke arah
belakang tempat zip (ruitszleting) langsung kubuka perlahan-lahan. Dia
diam saja dan aku merasakan bahwa dia sudah pasrah dengan apa yang
akan kulakukan. Kutarik roknya ke bawah dan dia membantu untuk
melepaskannya.
Para pembaca yang budiman, anda bisa membayangkan, dihadapanku
(laki-laki sehat fisik dan mental berumur 22 tahun) tergeletak sebatang
tubuh gadis 15 tahun yang berdarah Portugis. Dengan tinggi 170 cm,
putih mulus dengan perut yang rata, buah dada yang besar berukuran 36C,
montok serta kenyal, mengenakan CD mini berwarna pink.
"Tuhan... betapa sempurnanya ciptaanMu." dalam hatiku.
"Maass Adit... peluk Meis dong..." tiba-tiba katanya dengan sendu membuyarkan lamunanku.
Kembali aku memeluknya dengan lembut dan aku merasa penisku melakukan
pemberontakan yang gila. Sambil mencium bibirnya, lehernya terus turun
ke susunya serta putingnya yang menggairahkan, aku melepaskan jeansku.
Kini di tempat tidurku tergeletak sepasang manusia hanya tertutup oleh
CD masing-masing, pink dan white saling berpagut menggelora. Kukecup
kedua puting merah muda itu berulang-ulang dengan lembut sampai basah
oleh air liurku. Kuturunkan kecupanku ke arah pusarnya Meis, dia
bergerak sambil terus menjambak rambutku sambil mendesah disertai
erangan-erangan nikmatnya yang halus. Sampai akhirnya bibirku berada di
atas vaginanya yang sudah basah tertutup oleh Miss Pink CDnya.
"Meiske sayang.. mau kan kamu merasakan dan menikmati ini? Pelan-pelan
yaa?" kataku sambil mulai membuka CD-nya lepas dari tubuhnya.
Meiske hanya menganggukkan kepalanya dengan rintihan kenikmatan yang
kuyakin belum pernah dirasakannya seumur hidup. Dihadapanku terlihat
anak gadis, perawan, telanjang dengan lubang kewanitaan ditumbuhi
bulu-bulu halus yang teratur rapi nan cantik. Vagina anak perawan yang
belum pernah disentuh oleh laki-laki manapun. Kukecup bibir atas benda
indah itu yang dengan serta merta mengeluarkan aroma yang khas. Aku
merasakan gerak gelinjang Meiske serta keluhan panjang.
"Ooohhh... Maasss...!"
Kuyakin Meiske sudah kehilangan kata-kata untuk menyatakan kenikmatan yang belum pernah dia alami, karena umurnya baru 15 tahun.
Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan nafsuku serta pemberontakan
Adhitya junior di balik CD-ku, aku ingin memberikan kepuasan kepada
Meiske semaksimal mungkin, sehingga dia akan menyerah dengan apa yang
akan kulakukan demi kepuasan bersama. Kujilat belahan vaginanya sambil
perlahan-lahan kubuka pahanya yang sebelumnya Meiske jepitkan untuk
menahan gejolak kenikmatan pada saat aku pertama kali mengecup pucuknya.
Pahanya yang putih mulus itu terbuka sedikit demi sedikit sambil
lidahku bermain dengan lembut. Klitorisnya yang mungil tampak merekah
merah muda. Aku tidak tahan. Kukecup dan kugigit-gigit kecil. Hal ini
membuat Meiske menggoyangkan pantatnya yang padat, kenyal serta mulus
itu dengan gila. Kedua tangannya mencekal rambutku dan menekankan ke
arah vaginanya sambil berteriak kecil menahan.
Basah sudah bibirku, hidungku, lidahku dengan cairan putih bening yang
keluar terasa agak asin namun harum dengan aroma yang khas dari
vaginanya Meis. Cengkraman serta jepitan di kepalaku mengendur, dia
telah mencapai orgasme. Kujilat dan kutelan habis cairan itu di sekitar
vagina indahnya dengan nafsu yang memuncak. Aku merasakan otot penisku
berdenyut-denyut, dan aku merasakan sesuatu keluar dengan dahsyatnya
dari penisku yang terasa membasahi CD-ku. Rupanya aku juga mengalami
orgasme.
"Maasss Adit.. sini, peluk Meiske..." rintihnya sendu.
Aku tersadar dengan kejadian yang baru saja kulakukan. Gila.. aku baru
saja menelan cairan orgasme anak perawan. Aku bangun dan memeluk Meiske
dengan lembut dan mesra, dia kaget melihat mulut dan hidungku masih
tercecer cairan putih bening.
Tiba-tiba, "Cup.. cup.. cup.." dikecupnya bibirku, hidungku, daguku
sambil menjilati sisa-sisa cairan putih bening yang masih ada di
wajahku dengan liar.
Dia terus memandangku dengan matanya yang indah berbinar itu. Posisi
kami rebah berhadapan berdampingan, dia berada di sebelah kiriku dan
aku berada di sebaliknya. Tanganku menyentuh dan mengusap susunya yang
putih, montok dihiasi putting kecil merah muda.
"Mas Adit..." desahnya lembut.
"Apa Meis..?" jawabku berbisik.
"Mas Adit kan sayang sama Meis..." katanya lagi sambil memandang serta membelai pipiku, menyentuh bibirku dengan jarinya.
"Iyaaa... ada apa Non.. kok pake nanya..?" balasku lembut.
Jariku tetap nakal bermain-main di puting susunya yang menggairahkan.
"Maass... soalnya Meis belum pernah begini.." katanya lagi sambil melirik ke arah mataku.
Usapan tangannya tidak berhenti di antara pipi dan bibirku. Aku balas memandangnya sambil tersenyum.
"Aaahhh Maasss... Jangan diliatin begitu dong.. Meis kan maluuuu..."
katanya sambil merajuk menyusupkan wajahnya di leherku, kakinya yang
indah dibelitkan ke pinggangku seperti memeluk guling.
Tiba-tiba dia tersentak saat perutnya menyentuh perutku yang mau tidak
mau, vaginanya menyentuh sesuatu yang tegang di balik CD-ku yang sudah
basah. Secara refleks Meiske mencoba meregangkan tubuhnya, tetapi
dengan sigap kutahan dengan melingkarkan tanganku di pinggangnya sambil
berbisik, "Jangan dilepas sayang.. biarkan nempel.. aku ingin kamu
merasakan milik laki-laki yang menyayangimu, menyentuh kulitmu." kataku
dengan nada pasti.
Dia terhenyak dan tegang sesaat, dengan sabar dan lembut aku cium
kening dan bibirnya dan aku berkata sambil melepaskan CD-ku
perlahan-lahan, "Kamu belum pernah melihat yang namanya penis laki-laki
dewasa dalam keadaan tegang kan? Kamu mau lihat?" tanyaku sambil
menatap pasti ke arah matanya yang indah itu.
Sepertinya dia bingung sesaat dan aku tetap memandangnya dengan tatapan
mata yang menusuk serta meyakinkan. Akhirnya dengan sikap pasrah dia
mengangguk pelan. Kami melepas pelukan dan dengan perlahan-lahan,
Meiske menundukkan kepalanya melihat ke arah pangkal pahaku.
"Ooohhh..." teriaknya kecil dan kaget serta merta memeluk leherku menyembunyikan mukanya.
Aku rasanya ingin tertawa melihat sikapnya yang lugu itu, maklum saja
anak perawan melihat pertama kali penis laki-laki dewasa lagi tegang
sepanjang 15cm x 3cm. Surprise!
"Hey.. kenapa sayang..? Lihat tuh.. indah kan?" kataku menggoda.
"Ngga mauuu.. Meis maluuuuu Mas..!" jawabnya tanpa melepaskan wajahnya
di leherku dengan nafas yang agak memburu dan tangannya memeluk
leherku.
Dengan sigap aku peluk dia di pinggangnya yang berakibat penisku si
15cm x 3cm yang masih tegang itu menempel di antara vaginanya yang
lembut. Dia kaget dan berusaha melepaskan tetapi kutahan pinggangnya,
nafasnya makin terengah-engah.
Terasa ada cairan hangat mengalir menyentuh penisku perlahan-lahan dan ketegangan tubuh dia mulai agak mengendur.
"Maass.. Meiiis.. aaahhhh nggaaa aahhh..." desahnya terengah-engah.
Pelukanku di pinggangnya kukendurkan sambil menatap matanya yang agak
redup sambil berbisik,"Sayang.. ini bagian dari perasaan cinta dan
kasih sayang, Non.. ayo lihat.."
Aku mengambil tangan kirinya dan kuarahkan ke penisku yang tegang, dia
mengikuti gerakan tanganku sambil pelan-pelan menundukkan kepalanya ke
arah penisku, kuusapkan tangannya ke penisku sambil menggenggam dengan
lembut. Aku rasakan nafasnya memburu dan aku mulai merasakan sentuhan
lembut itu dengan nikmat.
"Gila.. man..! Penisku dipegang oleh anak perawan yang cantikkk..!" pekikku dalam hati.
Kuajari Meiske sambil menggengam si Junior untuk mengurut dengan
lembut, tanganku kemudian melepaskan tangannya yang halus, terus
mengurut penisku secara berirama. Sementara tanganku sendiri menyentuh
vaginanya yang lembut dan mulai mengelus bibir hangat tersebut dengan
penuh rasa cinta.
Beberapa saat kemudian dia berteriak kecil, "Maaassss.. oohhh..." dia
bergerak dan tangannya yang masih memegang penisku disentuhkan ke
vaginanya.
Tiba-tiba dia memelukku sambil melingkarkan pahanya yang putih dan
mulus itu serta menekankan vaginanya dengan penisku. Tanganku terpaksa
kulepas dari bibir vagina cantik itu, tangannya memeluk badanku,
kemudian bibirnya dengan buas mengecup bibirku sambil mengerang karena
nikmat. Terasa basah penisku yang masih menempel di bibir hangatnya
Meiske, orgasmenya yang kedua.
Wooow.. seprei tempat tidurku sudah tidak karuan lagi bentuknya serta
basah pada bagian di mana kemaluan kami berdua saling menempel. Aku
mulai tidak tahan dengan keadaan seperti itu, penisku makin keras dan
tegak sementara agak terjepit di antara bibir vagina lembut miliknya
Meiske. Yang agak mengherankan adalah, aku masih bisa menahan diri
untuk tidak mulai melakukan penetrasi karena sadar bahwa anak ini masih
perawan, meskipun keadaannya tinggal tancap, beres kan? Pikiran sehat
muncul sejenak (sejenak saja! Tidak sampai satu menit).
"Hey, ini anak masih perawan kan, kalau elu perawanin die, dose man... ! Tau ngga?" dalam hatiku bergejolak.
Aku yakin bahwa aku harus mengakhiri kenikmatan ini dengan kondisi baik. Aku dan Meiske harus benar-benar puas.
Kubalas kecupan-kecupan ganasnya Meiske di bibirnya, lehernya, dadanya
dan berhenti serta bermain-main agak lama di kedua susunya yang
menggairakan serta putingnya yang kecil merah muda itu. Tanganku
bergerilya ke arah vaginanya yang lembut berwarna merah muda pada kedua
labia mayora-nya. Pahanya yang putih mulus masih melingkar di
pinggangku, sehingga jari tengahku bebas berkeliaran mengusap-usap
vaginanya yang sudah amat basah dengan cairan putih bening yang keluar
terakhir. Desahan, erangan serta teriakan-teriakan kecil terus meluncur
dari bibir yang sensual di depan wajahku. Sekali-kali dia mngecup dan
juga menggigit bibirku dengan ganas selama jariku mempermainkan labia
mayora serta clitorisnya yang agak keras. Kugeser tubuh putih mulus itu
perlahan-lahan, sehingga Meiske telentang dan posisiku berada di
atasnya.
"Meiske sayang, Mas ingin kamu merasakan kenikmatan orang bercinta..
kamu mau kan..?" aku berkata sambil menatap wajahnya yang terlihat
pasrah dan bertambah cantik dengan sebagian keringat menitik di
dahinya.
"Maasss Adit.. Meis musti gimana sekarang?" jawabnya lembut setengah
tersenyum juga dengan nafas mulai memburu."Mas mau kamu merasakan
gimana yang namanya Real-Make-Love Oke?" kataku dengan lembut dan pasti
sambil mengecup bibirnya yang menggemaskan.
Dia mengangguk pelan tetapi kuyakin pasti dia ingin merasakan sesuatu yang tidak pernah dirasakannya.
Dengan sabar dan lembut tanpa melepaskan pandangan mataku ke arah
matanya yang mulai setengah terpejam, kurenggangkan pahanya, kuarahkan
penisku yang sudah tegang dari tadi ke atas vaginanya yang kuraba
dengan jari tengahku. Sudah merekah terbuka, lembut, perlahan
kuusap-usapkan ujung penisku ke vagina Meiske sambil kukecup bibirnya,
susunya, putingnya. Kujilat mesra tangan kirinya dengan segera memegang
dia meremas kepalaku dan tangan kanannya membelai punggungku dengan
mesra seolah-olah mulai merasakan kenikmatan lidahku bermain pada
putting susunya yang kecil mungil kemerah-merahan serta usapan-usapan
penisku pada vaginanya. Perlahan-lahan kudorong penisku memasuki
kira-kira setengahnya ke liang vaginanya Meiske.
"Maasss... pelan-pelan... sakiiittt Maas.." jerit kecilnya.
Aku agak kaget dan langsung berhenti bergerak karena meskipun aku sudah
tidak tahan ingin penetrasi penuh tetapi aku masih sadar bahwa ini
adalah Real Make Love antara aku yang mahasiswa 22 tahun dengan Meiske
yang anak perawan 15 tahun berdarah Portugis yang amat kusayangi, jadi
aku harus sabar dan penuh rasa kasih serta cinta yang lembut.
"Oh.. maaf sayang.. sedikit lagi.. Mas pelan-pelan.. atau dicabut aja..?" kataku tanpa sadar.
"Jangan Maass.. pelan-pelan aja..." jawabnya lirih.
Aku merasa tidak tahan, antara mau terus dan takut dia kesakitan.
"Gila lu Dit, ini anak masih perawan!" kata hatiku kembali berkata.
Tetapi karena sudah tanggung, penisku sudah masuk setengah kuteruskan amat perlahan.
Penetrasi yang berakhir dengan keluhan Meiske yang terdengar lirih, "Maaass.. aduuuhh..!"
Nafasnya memburu, terasa liang vaginanya yang sempit itu basah melumasi
penisku yang masuk dan menyentuh sesuatu batas, selaput dara. Aku
bingung sejenak untuk berusaha menguasai diriku.
"Adit.. terusin kalau elu bener cinta sama gadis berdarah Portugis ini." bisikan hatiku lagi.
Sambil mengatur nafas, aku diam beberapa saat sambil memandang gadis perawanku yang cantik ini.
"Meis.. kamu mau kan..?" aku berbisik di depan bibirnya yang sensual, reaksinya membuat aku tertegun.
Dia angkat pantatnya sehingga penisku masuk penuh ke dalam vagina indah
itu, tiba-tiba kedua kakinya melingkar di pinggangku dan sekaligus
menjepitnya.
"Luar biasa ini gadisku yang perawan!" pujiku dalam hati.
Aku langsung goyangkan pantatku maju mundur perlahan-lahan tetapi
pasti, makin lama makin cepat, kukecup sudut bibirnya, ujung dagunya.
Nafasnya dan nafasku tidak karuan lagi iramanya.
"Maaasss... ohhh.. nggg.. Maass.. Adiiit, teeerrrusss maaasss..." erangannya makin keras.
Gerakan pantatnya yang bulat makin menjadi-jadi. Kupeluk Meiske dengan
erat karena aku mulai merasakan denyut-denyut gila penisku di bagian
kepalanya. Gerakan otot vagina Meiske yang menghisap penisku setiap
gerakan mundur membuat aku benar-benar tidak tahan. Rasanya belum lama
penetrasiku, tiba-tiba Meiske menjerit lirih disertai pagutannya di
bahuku sebelah kanan serta jepitan kedua pahanya di pinggangku.
"Maasss Adiiiitt... aaakkkhhh... mmmfff..."
Aku tidak bisa menahan lagi kenikmatan badaniah ini, di mana kurasakan seluruh penisku terbenam di liang vaginanya Meiske dan.
"Meeeiiis... mas nggaaa... tahan..!" teriakku kecil di kupingnya sebelah kanan.
Ini intercourse, makelove, sanggama atau entah apalagi namanya, aku
sendiri tidak tahu. Yang jelas ini adalah yang paling gila dan paling
edan yang pernah kulakukan sampai saat itu. Aku mengalami orgasme hebat
bersama Meiske, gadis kecilku, anak SMP yang berdarah Portugis dan
yang telah kuperawani. This is very-very goddam, asshole, cocksucker,
cunteater, pussylicker, sonofthebitch something special.
Spermaku keluar menyemprot di dalam vagina lembutnya Meiske bersamaan
dengan pahanya yang mulus menjepit pinggangku dengan kuat tanda dia
mengalami hal yang bersamaan denganku. Kami berpagutan, berkecup,
berpelukan, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh-tubuh telanjang
kami. Skin To Skin. Beberapa saat, kami berpelukan seolah-olah tidak
akan melepaskan satu sama lain. Kuputar tubuhku sehingga posisi kami
berdua berhadapan berdampingan tanpa melepaskan pelukan kami
masing-masing. Peluh kami berdua mengalir membasahi punggung, leher,
dada, perut dan hampir seluruh tubuh.
"Meiske sayang.. buka dong matanya.." kataku lembut sambil mengelus
pipinya, menyentuh bibirnya dengan ibu jariku sewaktu melihat dia
dengan matanya yang masih menutup.
Menikmati atau berusaha menyadari apa yang baru saja terjadi,
mungkinkah? Dia membuka mata coklat tua yang indah dan berkaca-kaca.
Perlahan-lahan dia memandang ke arah mataku, dua butir air mata
mengalir dari mata yang indah itu.
"Maaasss..." suaranya terdengar lembut sambil jarinya mengusap pipi dan bibirku.
"Mas Adit sayang sama Meis kan..?" katanya lagi dengan agak tersedan manja.
"Iyaa Meis.. Mas Adit sayang kamu." jawabku dengan tetap mengelus pipi dan bibirnya yang sensual indah itu.
Kuusap tetesan air matanya dan kami saling mengelus muka masing-masing dengan penuh kasih dan cinta.
"Meis ngga nyesel lakukan sama Mas Adit.. karena Meis sayang sama mas.. Meis cinta sama mas.." katanya lagi dengan lembut.
"Mas Adit juga sayang sama Meis.. kamu ngga nyesel kan dengan apa yang kita lakukan tadi..?" tanyaku lagi.
Dia mengangguk pelan tetapi pasti dan tersenyum manis. Kupeluk dia dan
kukecup keningnya, bibirnya dan kugigit kecil sudut bibirnya, dia
mencengkram rambutku sambil membalas kecupanku di bibirnya.
Perlahan-lahan kami saling melepaskan diri dan secara refleks kami
berdua melirik ke arah pangkal paha kami masing-masing. Kami termenung
sejenak melihat seprei tempat tidurku basah dan ada bercak merah.
"Maasss.. Meis takut Mas.. ada darah di..." dia berkata dengan ekspresi wajah khawatir.
Segera kupegang kedua belah pipinya dan melekatkan pandanganku ke matanya.
"Jangan takut sayang.. itu tandanya kamu masih suci dan Mas yang
pertama melakukan pada Meis dan Mas akan bertanggung jawab atas
perbuatanku, Meis.. jangan khawatir sayang." jawabku dengan tenang dan
pasti dan langsung kembali kupeluk dia sambil mengecup keningnya.
Dia menbalas pelukanku. Kami berpelukan seolah-olah tidak akan saling
melepaskan. Aku bangun dan meraih bajuku dari lantai segera kubersihkan
tubuh Meiske, di pangkal pahanya, vaginanya, sambil memandang
tersenyum puas kepadanya. Dia pun bangun dan ikut membereskan bajunya
yang berserakan di atas lantai.
Kami berdiri berhadapan, saling berpandangan mesra dengan tubuh
telanjang. Kupeluk Meiske, dia membalas pelukanku dan kami berpagut
lembut mesra. Kugandeng tangannya, kami berjalan beberapa langkah
mendekati lemari pakaianku, kuambil CD yang bersih. Tanpa sadar Meiske
terlihat termenung memadangiku.
"Meiske sayang.. udah sore, non.." aku berkata mengingatkannya juga
menyadarkan diriku sendiri sambil menyodorkan CD-ku yang bersih.
Dia tersentak dan terlihat pandangan yang lucu waktu matanya melihat CD-ku yang kusodorkan kepadanya.
"Buat siapa..?" tanyanya heran.
"Ya buat kamu.. masa kamu mau pakai CD kamu yang udah basah dan lengket
lagi." aku jawab sambil menahan tawa geli, dasar anak kecil.
Dia tersadar dan merajuk manja serta merta memelukku, menyembunyikan wajahnya di dadaku.
"Aaahhh.. Mas Adit.. Meis jadi malu kan..?" sergahnya manja.
Kutuntun Meiske duduk di tempat tidurku, kukenakan CD cowok putihku.
Lucu juga melihat cewek pakai CD cowok. Meiske memakai baju dan rok
mininya kembali. Kemudian aku sendiri berpakaian.
"Meiske, Mas mau tahu, kok kamu mau melakukan ini sama aku ngga takut
hamil..?" tanyaku serius sambil memandang matanya yang indah itu.
"Meis mau karena Meis sayang sama Mas Adit.. kan Mas udah janji ngga
akan meninggalkan Meis.. iyaa kan?" jawabnya sambil memeluk leherku.
"Sekarang udah sore. Mau pulang ngga, Meis?" tanyaku sambil memeluk pinggangnya.
Dia memandangku sambil tersenyum sendu melingkarkan tangannya di leherku sambil mengangguk pelan.
CD-nya yang berwarna pink masih tergeletak basah di atas tempat
tidurku. Kuambil sambil kuciumi, dia berusaha merebutnya dari tanganku
tetapi kutahan tangannya.
"Ini milik Mas Adit untuk selama-lamanya.." kataku tegas sambil menatap matanya yang cantik berbinar-binar itu.
"Jangan Mas... itu kotor dan bau kan..?" sergahnya.
"Biaaariiin... kotoran yang cantik dan bau yang haruuummm..
kenang-kenangan dari gadis kecilku yang cantik." jawabku sambil
mengecup bibirnya yang sensual.
Cepat-cepat aku melepaskan diri dan melemparkan CD pink itu ke dalam
lemari pakaianku, kututup, kukunci. Dia terdiam dan tersenyum cerah.
Kuantarkan Meiske pulang kerumahnya, jam menunjukan jam 18:00. Kami
berkasih mesra hampir 5 jam di rumahku, edan, gila dan sebagainya. Aku
bahagia sekali.
Hubunganku dengan Meiske berlangsung sampai dia kelas 2 SMA, dan setiap
kali ada kesempatan kami bercinta dengan gairah yang tinggi selalu di
rumahku yang sering kali sepi dan kosong di mana orang tuaku serta
kedua kakakku sering keluar kota dengan urusannya masing-masing. Karena
tidak mungkin kami lakukan di rumahnya atau di hotel atau tempat lain.
Yang jelas kami selalu berhati-hati setiap kali kami bercinta, aku
beberapa kali mencoba menggunakan kondom tetapi aku merasa tanpa kondom
yang paling asyik. Skin To Skin.
Hubungan kami terputus dengan alasan klasik, perbedaan agama, dia
Kristen sedangkan aku Islam. Orang tuanya yang tidak setuju hubungan
kami berlanjut atas dasar perbedaan agama tersebut. Padahal aku dan
Meiske sudah saling berikrar untuk hidup bersama setelah aku selesai
kuliah dan dia paling tidak sampai D3. Perbedaan agama bagi kami bisa
di bicarakan nanti-nanti. Aku selama satu tahun terakhir, sejak orang
tuanya menyatakan ketidak setujuan mereka atas hubungan kami itu, tetap
berusaha menghubungi Meiske baik lewat telepon maupun surat, tidak ada
jawaban atau pun kalau melalui telepon jawabannya dia tidak ada di
rumah atau alasan lain yang menegaskan bahwa aku tidak dapat
berhubungan lagi dengannya.
Sedihkah aku..? jangan tanya lagi, aku sempat frustrasi hampir satu
tahun. Kegiatan fisik yang keras seperti beladiri, naik gunung dan
terjun payung akhirnya dapat memulihkan semangat hidupku untuk
melanjutkan hidup ini. The Life Show Must Go On Man! Terakhir aku
melihat Meiske di salah satu pusat perbelanjaan pada tahun 1998,
kulihat dia sedang berjalan-jalan bersama ibu serta adiknya disertai 2
anak-anak kecil yang lucu, anaknyakah? Hanya Tuhan dan keluarganya yang
tahu.